Clifford Robinson lebih terkenal
lewat headband-nya. Padahal,
karirnya di NBA luar biasa. Main
selama 18 musim, hanya sekali
gagal lolos playoff.
KALAU menonton
Flexi National Basketball League (NBL) Indonesia Challenge 2011
di Jakarta dan Surabaya,
22 dan 25 Juni nanti,
bersiaplah untuk menangkap lemparan
head band istimewa.
Salah seorang bintang
utama tim USA Legends, mantan All-Star NBA
Clifford Ralph Robinson, sangat mungkin akan
melemparkan headband yang dia pakai ke tribun
penonton.
Sepanjang karirnya di NBA, Robinson memang
sangat dikenal lewat aksesori kepala itu.
Meski headband membuat Robinson mudah
diingat, tentu bukan itu pencapaian utamanya
di NBA. Kalau dilihat secara komplet, Robinson
punya karir yang sangat langka.
Bayangkan, pemain kelahiran 16 Desember 1966 tersebut bermain di NBA selama
18 musim, mulai 1989 hingga 2007. Total,
Robinson bermain dalam 1.380 laga NBA,
terbanyak ketujuh dalam sejarah!
Dia dipilih Portland Trail Blazers di NBA
Draft 1989, lalu bermain di sana selama
delapan musim. Setelah itu empat musim
di Phoenix Suns, berlanjut ke Detroit Pistons, Golden State Warriors, dan menutup
karir di New Jersey Nets.
Hebatnya lagi, Robinson hampir selalu merasakan babak paling bergengsi, yaitu babak
playoff. Dari 18 musim itu, hanya sekali dia
gagal masuk babak playoff. Dia dua kali pula
merasakan babak final, pada 1990 dan 1992.
Dalam hal statistik pertandingan, Robinson juga luar biasa untuk seseorang yang
bermain begitu lama. Dia mencatat ratarata lebih dari 14 poin per game. Pada 1997,
bersama Suns, dia mampu mencetak 50 poin
dalam satu pertandingan.
Kehebatan utama Robinson adalah tembakan jarak jauh. Meski tinggi badannya 208
cm, dia memasukkan 1.253 tembakan tiga
angka dalam karirnya. Sebelum disalip Dirk
Nowitzki, dialah pemain tertinggi dalam sejarah NBA yang mampu memasukkan lebih
dari 1.000 tembakan tiga angka.
Pada 1994, Robinson terpilih masuk NBA
All-Star. Setahun sebelumnya, pemain
berjuluk ’’Uncle Cliffy’’ itu meraih gelar
NBA Sixth Man of the Year.
Bagaimana Robinson bisa memiliki karir
begitu panjang? Sang bintang menyebut
beberapa alasan. Pertama, dia bersyukur
punya badan yang tahan banting.
’’Saya rasa saya punya gen yang baik. Saya
merasa diberkahi. Saya juga bersyukur dapat
banyak kesempatan bermain di tim-tim yang
baik. Tim yang selalu memberi saya peluang
untuk menunjukkan konsistensi dan kemampuan,’’ tuturnya seperti dilansir Seattle Times.
Selain itu, Robinson mengaku bisa terus konsisten bermain karena punya kebiasaan khusus
pada saat off-season (setelah musim berakhir).
Yaitu, menjauhkan diri dari bola basket.
’’Saya memilih melakukan sangat banyak aktivitas. Misalnya, berkendara off-road. Dengan
menjauhkan diri dari basket, saya bisa merasa
bersemangat lagi ketika musim baru dimulai,’’
ungkapnya, via situs resmi New Jersey Nets.
Sebenarnya, Robinson sempat berharap
bisa bermain hingga 20 musim. Kalau berhasil, dia masuk klub langka yang anggotanya
hanya tiga orang. Yaitu, Kareem Abdul-Jabbar,
Robert Parish, dan Kevin Willis.
Sayang, pada akhirnya dia gagal mencapai musim ke-20 itu. New Jersey Nets
melepasnya pada 2007. Tapi, paling tidak,
dia punya karir lebih panjang daripada
kebanyakan pemain kelas dunia. Ingat,
rata-rata pemain NBA hanya punya karir
dua sampai empat tahun!
Bukan hanya itu, Robinson juga bisa lega
karena mengakhiri karir di tempat yang dia
inginkan. Yaitu, di pantai timur Amerika, di
dekat tempat asalnya di Buffalo, New York.
’’Saya tak ingin banyak pindah-pindah pada
tahun-tahun terakhir karir saya. Semoga saya
bisa menyelesaikan karir saya di sini, di New
Jersey,’’ ucapnya dulu. (nur/bersambung)
Story Provided by Jawa Pos