Flexi NBL Indonesia Selection Team v Flexi USA Legends Team

nblindonesia.com - 13 Jun 2011
Juara Slam Dunk, Jagoan Nge-Rap
Para Bintang USA Legends yang Segera ke Indonesia (1)

Cedric Ceballos merupakan salah satu bintang utama USA Legends Team, yang akan tampil di Jakarta dan Surabaya, 22 dan 25 Juni nanti. Mantan juara slam dunk itu juga seorang rapper dan DJ handal.

CEDRIC Ceballos, kini 41 tahun, termasuk tipe orang banyak bakat. Sepanjang hidupnya, dia menekuni dua passion besar dalam hidupnya: Basket dan musik.

Sebenarnya, sebelum berkarir di NBA antara 1990-2000, Ceballos lebih serius di musik. Bahkan, dia punya mimpi jadi bintang rap terkenal.

Ternyata, walaupun jago basket, pria kelahiran Maui, Hawaii, 2 Agustus 1969, itu merasa tak yakin bisa jadi pemain profesional.

“Saya selalu punya aspirasi jadi rapper terkenal. Saya menseriusinya sepanjang kuliah dan saat menekuni basket. Saya tidak mencintai basket sebanyak saya mencintai musik. Sebab, saya sempat tidak yakin saya bisa masuk NBA,” ungkap Ceballos, seperti dilansir SLAM.

Kampus tempat dia menimba ilmu dan bermain basket merupakan alasan mengapa Ceballos tidak pede. Dia dulu sekolah di California State University Fullerton, yang masuk kategori kecil di jajaran peserta liga mahasiswa NCAA di Amerika Serikat.

“Sebenarnya, karir basket saya semasa kuliah berlangsung luar biasa. Tapi karena saya di sekolah kecil, saya tidak yakin bisa dapat kesempatan,” tandasnya.

Bisa dibilang, Ceballos tergolong “coba-coba” ketika mendaftarkan diri masuk NBA Draft 1990. Dia sama sekali bukan pemain muda yang diperebutkan oleh tim-tim NBA.

Ternyata, Ceballos tetap dapat kesempatan. Phoenix Suns memilihnya di penghujung ronde kedua NBA Draft. Begitu dapat jalan bermain profesional, Ceballos langsung lebih memfokuskan diri ke basket.

“Begitu dapat kesempatan, saya langsung meninggalkan musik. Saya akan mencoba bermain selama mungkin. Setelah itu, baru fokus kembali ke musik,” tuturnya.

Karir Ceballos di NBA ternyata meroket. Gaya bermainnya yang agresif menjadikannya populer di mata penggemar NBA. Saat di Phoenix Suns, dia meraih jawara NBA Slam Dunk 1992.

Menurut Ceballos, gelar itu bukanlah gelar Slam Dunk pertamanya. Ketika masih kuliah, dia juga pernah jadi juara Slam Dunk. Mengalahkan jagoan-jagoan ngedunk kampus dari seluruh Amerika. Salah satu yang dia kalahkan adalah Dee Brown, yang ketika di NBA juga meraih juara Slam Dunk, setahun sebelum Ceballos.

Pada 1992 itu, saingan Ceballos sangat berat. Ada Shawn Kemp dan Larry Johnson. Saat berlaga, Ceballos mengaku bersikap nothing to lose. Dan begitu melihat ada kesempatan jadi juara, dia pun mengerahkan gaya terbaik yang sudah lama dia persiapkan. Dunk dengan mata tertutup itu dia beri nama “Hocus Pocus” (lihat di YouTube!).

“Dua bulan saya latihan dunk (Hocus Pocus) itu. Waktu itu saya masih baru (di NBA) dan tak banyak bermain. Jadi saya punya banyak waktu latihan,” akunya saat sesi chat dengan fans di situs ESPN.

Saat di Suns, Ceballos masih jadi pemain pendukung. Bintang utamanya waktu itu adalah Charles Barkley dan Kevin Johnson. Baru ketika pindah ke Los Angeles Lakers pada 1994, dia melonjak jadi bintang utama.

Selama dua musim, 1994-1995 dan 1995-1996, Ceballos jadi top scorer tim legendaris tersebut. Pada 1995, dia menjalani pertandingan terbaik dalam karirnya, mencetak 50 poin dalam satu game! Waktu itu, dia menjadi pemain Lakers pertama dalam 20 tahun yang mampu mencetak 50 poin dalam satu game.

Masa bermain di Lakers ini membawa Ceballos ke puncak popularitas. Dia mengaku jadi terkenal di tempat-tempat yang sebelumnya sama sekali tidak mengenalnya. “Saya tak pernah terbiasa dengan itu. Saya selalu takjub setiap kali ada orang mengenali dan menyapa saya,” ucapnya.

Pada 1995 itu pula, Ceballos terpilih masuk barisan paling elite, barisan NBA All-Star. Sayang, dia tak sempat berpartisipasi dalam laga itu karena cedera. Meski demikian, sampai sekarang Ceballos tidak menyesal tidak sempat berlaga sebagai seorang All-Star.

“Luar biasa rasanya terpilih masuk All-Star. Tentu akan sangat luar biasa kalau ada rekaman saya bermain sebagai All-Star. Tapi yang pasti, nama saya tetap tercatat sebagai seorang All-Star. Lucunya, saya cedera gara-gara (center legendaris) Dikembe Mutombo. Dan dialah yang ditunjuk sebagai pengganti saya di laga All-Star tahun itu!” cerita Ceballos.

Kembali ke Entertainment
Karir Ceballos di Lakers berakhir dengan dimulainya dinasti baru tim tersebut. Pada 1996, Shaquille O’Neal datang bergabung. Pada tahun yang sama, Lakers merekrut calon superstar Kobe Bryant.

“Ketika Lakers dapat Shaq, mereka butuh penembak jarak jauh. Sementara saya adalah pemain penetrasi. Robert Horry bermain di posisi yang sama dengan saya, dan dia seorang penembak,” ungkapnya.

Ceballos lantas kembali bersama Phoenix Suns. Sayang, karirnya mulai memasuki fase menurun. Dari Suns, dia pindah lagi ke Dallas Mavericks, lalu ke Detroit Pistons, dan terakhir ke Miami Heat.

Mulai 2001, setelah sepuluh musim di NBA, Ceballos melanjutkan karir profesional di luar negeri. Mulai Israel, Rusia, hingga Filipina. Dia juga sempat kembali ke Amerika dan bermain di liga-liga semiprofesional. Dia benar-benar stop berkarir di basket pada 2007.

Sesuai niatan lama, Ceballos kembali ke dunia musik. Atau tepatnya dunia yang dekat dengan musik. Tapi kali ini, tetap tidak jauh-jauh dari basket dan NBA.

Ceballos lantas bekerja untuk Phoenix Suns, di divisi entertainment klub tersebut. Dia bekerja sebagai MC dan DJ pertandingan saat Suns bermain di kandang, juga jadi host acara webcast mingguan, Nothin’ but Net, di situs resmi tim tersebut. Di luar itu, dia juga jadi host acara musik di sebuah stasiun radio di Phoenix.

Sebagai rapper, Ceballos memang tidak lagi serius. Tapi dia mungkin juga tidak perlu menyesal. Sebab, dia sudah punya satu single yang sempat banyak diputar pada 1990-an lalu. Lagunya bersama bintang hip-hop Warren G, Flow On, merupakan bagian dari album berjudul B-Ball’s Best Kept Secret, yang melibatkan banyak bintang NBA era 1990-an.

Usut punya usut, setelah karir basket berakhir, Ceballos sempat menjajal karir sebagai aktor. Tampil sebagai bintang tamu di sejumlah acara televisi. Sayang, ada satu kendala yang menghalangi, dan dia tak akan bisa mengubahnya.

“Saya mencoba akting, beberapa sitcom dan lain-lain. Tapi saya ini orang yang sangat besar (198 cm, Red) di tampilan layar. Mereka (kalangan televisi) tak suka orang-orang jangkung tampil di layar,” pungkasnya. (nur/bersambung)

* Story Provided by Jawa Pos


Schedules
Rabu, 22 Juni 2011
Hall A Senayan Jakarta
Sabtu, 25 Juni 2011
DBL Arena Surabaya

Results
22 JUNI 2011
Hall A Senayan Jakarta
» Celebrity Charity Game
TIM MERAH
20
TIM BIRU
13
» Flexi NBL Indonesia Challenge
FLEXI NBL INDONESIA
SELECTION TEAM
90
FLEXI USA LEGENDS
130
 
25 JUNI 2011
DBL Arena Surabaya
» Legends Game
LEGENDS OF CLS
SURABAYA
40
LEGENDS OF BIMASAKTI
MALANG
37
» Flexi NBL Indonesia Challenge
FLEXI NBL INDONESIA
SELECTION TEAM
77
FLEXI USA LEGENDS
125
 


X X X X X X X X X X X X X
 

National Basketball League Indonesia | Contact Us
Copyright © 2010 PT DBL Indonesia, All rights reserved.
Any commercial use or distribution without the express written consent of DBL Indonesia is strictly prohibited.