SELALU ada kegiatan-kegiatan tambahan yang mengejutkan di Friendship Games. Hari ini (kemarin), ketika tim Honda Indonesia Selection tidak melakoni pertandingan atau berlatih basket, panitia telah menyiapkan dua aktivitas yang benar-benar baru.
Dua kegiatan tersebut adalah berlatih atau berkenalan dengan tindakan pertama dalam upaya menyelamatkan nyawa manusia melalui aksi CPR, dan yang kedua adalah bermain basket menggunakan kursi roda alias wheelchair basketball.
Dipandu oleh sebuah tim khusus dari St. John of God Ambulance (Hospital) Perth, semua pemain dan pelatih Indonesia Selection mendapat pengenalan mengenai CPR.
CPR adalah kependekan dari Cardiopulmonary Resuscitation. Sebuah prosedur darurat atau pertolongan pertama yang diberikan kepada seseorang yang mengalami perhentian nafas karena sebab-sebab tertentu.
Prosedur CPR bertujuan untuk membuka kembali jalan nafas yang menyempit atau bahkan tertutup. Prosedur CPR biasanya diberikan kepada orang-orang yang tenggelam, terkena serangan jantung, sesak nafas karena kecelakaan, terjatuh dan lain-lain.
“Dalam sebuah kasus kecelakaan atau darurat di mana nyawa seseorang sudah di ujung tanduk karena kecelakaan atau penyebab lainnya, kita harus mengetahui bagaimana bertindak. Tindakan yang tepat akan menyelamatkan nyawa seorang korban. Karena kalau kita mengandalkan paramedis, belum tentu mereka ada saat kejadian,” jelas Glenn Willin, ketua tim dari St. John Ambulance kepada tim Indonesia Selection.
“Saya sendiri sudah empat kali melakukan bantuan CPR kepada orang lain. Salah satunya adalah ibu saya sendiri. Dari empat kasus itu, tiga di antaranya berhasil selamat. Satu lagi meninggal dunia,” tambah Glenn.
Glenn kemudian melanjutkan dengan memperagakan langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum memberi pertolongan CPR. Mulai dari memastikan apakah korban kecelakaan masih sadar, mengatur posisi korban dengan benar, melakukan pemompaan jantung secara manual, hingga memberi nafas bantuan.
“Angka statistik mengatakan, satu dari 10 orang yang diberi pertolongan CPR akan selamat,” imbuh Glenn.
Setelah memberi penjelasan sambil mendemonstrasikan, Glenn dibantu oleh rekan-rekannya kemudian meminta semua anggota Indonesia Selection mempraktekkan prosedur CPR secara langsung. Untuk prosedur pemompaan jantung dan pemberian nafas bantuan, tim medis St. John Ambulance telah menyiapkan boneka peraga yang disiapkan untuk semua peserta.
Agar proses perkenalan CPR jadi menyenangkan, tim St. John Ambulance menyiapkan permainan dan kompetisi seru di antara para pemain Indonesia Selection. Setiap peserta dibekali masing-masing satu perangkat headphone yang memutar lagu Staying Alive dari Bee Gees. Peserta kemudian harus melakukan proses CPR sebanyak lima kali ulangan. Siapa tercepat menjadi pemenang.
Meskipun tidak memberi hadiah kepada pemenang lomba CPR, Glenn mengaku terharu dengan semangat dari tim Indonesia Selection. “Saya sudah 15 tahun memberi pelatihan CPR dan ini adalah tim pertama yang begitu semangat dan antusias mempelajari prosedur ini. Saya sampai merinding,” ungkap Glenn sambil menunjukkan reaksi merinding di lengannya.
“Ini pengalaman baru dan berharga bagi saya. Saya jadi tahu bagaimana harus bertindak ketika ada situasi darurat seperti itu,” terang Christine Aldora Tjundawan, pemain putri dari SMA St. Louis 1 Surabaya. “Tapi saya tidak mau menghadapi situasi begitu. Ngeri.”
Setelah mendapat ilmu cara memberikan CPR, semua anggota tim Indonesia Selection kembali bergerak ke lapangan basket WA Basketball Center. Indonesia Selection berkenalan dengan wheelchair basketball.
Wheelchair basketball alias bermain basket di kursi roda adalah salah satu olahraga yang paling banyak dimainkan oleh para penyandang disabilitas di dunia. Tidak tanggung-tanggung kapten tim nasional wheelchair basketball Australia, Bradley John “Brad” Ness dan Jake Kavanagh, pemain nasional U-23 Australia datang untuk memperkenalkan olahraga ini kepada tim Indonesia Selection.
Sebelum bermain, Brad Ness terlebih dulu mengajarkan cara mengendarai kursi roda. Ness menjelaskan cara bergerak maju, mundur, berbelok dan memutar. Ia kemudian mempersilakan semua pemain untuk mengerjakan yang ia ajarkan.
“Seru karena kami tidak pernah pakai kursi roda, apalagi main basket di atasnya,” ujar Hillary Bernassa Suryo Saputro, pemain dari SMA 4 Yogyakarta. “Saya masih sangat kesulitan ketika harus bergerak mundur dan mengejar bola. Berat sekali. Lengan sampai pegal-pegal.”
Brad Ness kemudian memberi kesempatan bagi semua pemain Indonesia Selection untuk bermain. Setelah beberapa saat, Brad Ness dan Jake Kavanagh kemudian ikut bergabung ke masing-masing tim.
“Saya sangat salut kepada mereka (Brad dan Jake). Walau memiliki keterbatasan, mereka tetap bisa bermain bahkan berprestasi di tingkat dunia,” komentar Jovita Elizabeth Simon, pemain putri dari SMA Gloria 1 Surabaya. “Main basket biasa saja sudah berat. Pakai kursi roda lebih berat lagi.”
Selepas bermain wheelchair basketball dan kemudian makan siang, tim Indonesia Selection mendapat kesempatan untuk mengunjungi Water Town. Sebuah pusat perbelanjaan yang dipenuhi dengan barang-barang bagus berharga miring.
Besok, tim Indonesia Selection dijadwalkan akan mengunjungi kantor Konsulat Jendral Indonesia di Perth. Setelah itu, tim putri Indonesia Selection akan kembali bertemu dengan tim semi-profesional Perry Lakes Hawks. (*)