Tontonan spesial hadir sebelum laga utama
Flexi National Basketball League (NBL) Indonesia Challenge
2011 di DBL Arena tadi malam.
Yakni, pertandingan antar legenda dua klub basket Jatim,
Cahaya Lestari Surabaya (CLS)
dan Bimasakti Malang. Mereka
adalah para pemain era 1980–
1990-an yang sekarang berusia
di atas 40 tahun.
Walau gaek, para mantan pemain dua tim itu tampil dengan
semangat luar biasa. Akurasi
tembakan mereka masih lumayan bagus. Alhasil, kejar-mengejar angka terjadi sepanjang
2 x 20 menit waktu kotor.
Para pemain nasional era
1980-an, seperti Lie Tjui Tek,
47, dan Felix Bendatu, 43, berada di kubu CLS. Sementara
itu, Bimasakti diperkuat beberapa mantan pemainnya, seperti Teng Khun dan Pek King
Sing. CLS akhirnya memenangi
laga dengan skor tipis 40-37.
Lie Tjui Tek menyatakan menikmati atmosfer pertandingan
itu. Dia tak grogi meski tampil di
de pan ribuan penonton. Bahkan, dia merasa bahwa momen
kejayaannya sebagai pemain
basket seolah terulang. ”Ini sangat luar biasa. Saya tidak pernah
merasakan bermain di depan
penonton yang sangat banyak ini
sejak 30 tahun,” katanya.
Antusiasme tinggi juga di tunjukkan oleh para legenda Bimasakti. Frans Antono, salah seorang pemain veteran Bimasakti,
mengatakan, setelah bermain
di DBL Arena, dirinya optimistis
dengan perkembangan basket
Indonesia ke depan.
”Ini bagus sekali. Saya sangat
antusias main. Semoga kalau
ada even lagi, boleh lah kami
diundang lagi,” kata Frans. ”Ini
sangat menakjubkan. Saya pensiun pada 2000. Melihat ini, rasanya saya ingin sekali kembali
main di profesional,” timpal
Teng Khun. (nur/ru/c11/ca)
Story Provided by Jawa Pos