Para pemain USA Legends
dan National Basketball League (NBL)
Indonesia Selection bisa santai sejenak.
Pada hari pertama tiba di Surabaya kemarin, mereka bebas dari agenda yang
menguras keringat. Sebaliknya, para
pemain itu menda patkan kesempatan berinteraksi dengan banyak
orang. Salah satu di antaranya,
menjadi narasum berbagi jurnalis sekolah.
Sebanyak 130
jurnalis sekolah telah menanti para
bintang itu di ruang redaksi Jawa Pos di
Graha Pena, Surabaya. Mereka berasal
dari 65 sekolah setingkat SMA di Surabaya
dan sekitarnya.
Tim USA Legends diwakili dua pemain,
yakni Clifford Robinson dan Ike Nwankwo.
Sementara itu, NBL Indonesia Selection
diwakili Valentino Wuwungan dan Denny
Sumargo. Mereka secara bergantian
menjawab sejumlah pertanyaan yang
diajukan para jurnalis sekolah.
Pertanyaan menggelitik dilontarkan
Amirah Velda Priyono kepada Robinson.
Siswi SMAN 10 Surabaya itu bertanya
alasan dibalik munculnya sebutan Uncle
Cliffy untuk Robinson.
Mantan pemain Portland Trail Blazers
itu tampak tidak menyangka bakal mendapatkan pertanyaan seperti itu. Menurut
Robinson, Uncle Cliffy adalah sebutan yang
diberikan media atas tarian yang dilakukannya
saat laga melawan Utah Jazz pada final wilayah barat NBA musim 1992. Pada laga game keempat, Blazers menaklukkan Jazz.
Saya memang tidak suka Jazz. Setelah
pertandingan, saya melakukan tarian
untuk merayakan kemenangan itu,
ungkap Robinson.
Sayang, ketika didesak untuk melakukan
tarian itu, Robinson mengelak. Saya
lupa. Kejadiannya sudah sangat lama,
kelitnya. Sorakan dari para pemain USA
Legends yang lain tak membuat Robinson
berubah sikap. Dia kukuh tak mau mengulang tarian Uncle Cliffy itu.
Pertanyaan-pertanyaan lain dari para
jurnalis sekolah juga menggelitik. Seperti
yang dilontarkan Neurina Fajriyatul
Islamiyah. Siswi SMAN 18 Surabaya itu
ingin tahu mengapa para pemain tersebut
mau tampil di ajang Flexi NBL Indonesia
Challenge 2011.
Saya sebenarnya tak pernah kepikiran
untuk bertanding dengan mereka. Kaget, tapi juga seneng banget waktu dapat
kesempatan itu. Ini kan kesempatan
sekali seumur hidup, ucap Valentino.
Pemain Satya Wacana Angsapura Salatiga
itu tidak mendapatkan kesempatan menantang USA Legends saat laga pertama
di Jakarta. Dia kebagian main pada game
kedua di DBL Arena, Surabaya, besok.
Tak hanya pemain NBL Indonesia Selection yang excited. Hal yang sama juga
dirasakan kubu USA Legends. Ini adalah
kesempatan untuk berbagi semua tentang
basket. Kami dan pemain Indonesia sangat
suka bermain basket. Kami ada di kumpulan
yang sama, ungkap Nwankwo.
Lain lagi pertanyaan yang diajukan siswi
SMA Ipiems Surabaya Fitra Marsela Telah.
Dia ingin tahu mengapa empat pemaim itu
menjadikan basket sebagai pilihan hidup.
Di basket kami diajari semua hal yang
berguna. Hal-hal itu bisa kembali ke masyarakat ketika kita sudah tak lagi bermain.
Kami dilatih untuk bisa lebih baik dari
hari ke hari, jawab Denny.
Setelah tanya jawab dengan jurnalis
sekolah, para pemain USA Legends dan
NBL Indonesia Selection mengunjungi
kantor PT DBL Indonesia di lantai 20 Graha Pena, Surabaya. Di sana mereka di suguhi berbagai memorabilia dari para pemain
maupun legenda NBA.
Cedric Ceballos berhenti sejenak di depan
foto yang menampilkan suasana meriahnya
partai final Honda DBL East Java. Charles
Smith juga terlihat takjub dengan berbagai
koleksi basket yang ada di dalam lemari.
Rasa kagum juga ditunjukkan James Tchana
ketika melihat foto Commissioner NBL
Indonesia Azrul Ananda bareng bintang
NBL Australia Corey Williams.
Azrul bercerita bahwa foto itu diambil
di Australia. Dia juga membeberkan
bahwa PT DBL Indonesia menjalin
kerja sama dengan NBL Australia.
Wow. Luar biasa. Dia (Corey Williams,
Red) memang pemain terkenal, ucap
Tchana. (ru/vem/nur/c4/ca)