SAMBUTAN ISTIMEWA: Foto bersama setelah pertandingan Sacramento Kings v Portland Trail Blazers di Sleep Train Arena berakhir (Foto: Hendra Eka/Jawa Pos)
Perjalanan DBL All-Star 2013 di California berakhir dengan kebanggaan lanjutan. Saat menonton laga NBA di Sacramento, seluruh pemain diperkenalkan di layar stadion. Commissioner Azrul Ananda juga tampil sebagai tamu wawancara pre-game show.
---
Praktis menjadi hari terakhir beraktivitas di California, Sabtu lalu (9/11, Minggu kemarin WIB) benar-benar dimaksimalkan mulai pagi sampai malam.
Rombongan Developmental Basketball League (DBL) Indonesia All-Star 2013 mendapat kesempatan belanja terakhir, mengunjungi universitas lagi, dan menutup semua program dengan menonton laga NBA, antara Sacramento Kings melawan Portland Trail Blazers.
Kembali bangun pagi-pagi, rombongan berangkat menuju Vacaville, sebuah shopping town sekitar 30 kilometer dari Sacramento. Di sana, sampai makan siang, mereka diberi kesempatan terakhir untuk belanja, baik untuk diri sendiri maupun untuk oleh-oleh.
Kota itu memang memiliki outlet superluas. Memiliki semua toko yang diharapkan rombongan.
'Saya harus menghabiskan sisa-sisa dolar ini di Vacaville,' ujar Desandrew Pudyo Tinoto A., asisten pelatih tim putri DBL All-Star putri asal SMA Gloria 1 Surabaya. 'Kalau tidak, sayang banget karena di Indonesia sulit menemukan barang-barang bagus semurah di sini.'
Perasaan yang kurang lebih sama diungkapkan Rivaldo Tandra Pangesthio. Pemain asal SMA St Petrus Pontianak tersebut terkenal paling royal berbelanja selama di AS. 'Wah, kalau tahu ada lokasi belanja selengkap dan semurah ini, seharusnya kita langsung berbelanja di sini saja sejak hari pertama. Atau, kalau boleh, waktu belanjanya diperpanjang, hahaha...' katanya.
Dari Vacaville, rombongan kembali menuju Sacramento, tapi berhenti dulu di tengah-tengah. Tepatnya di Kota Davis, lokasi berdirinya University of California (UC) Davis, salah satu kampus terkondang di California.
Kebetulan, Vincent Ngai, alumnus peserta DBL di Surabaya yang membantu jadi panitia selama di California, semester depan kuliah di sana.
Selama di Davis, rombongan dipandu Kabir Tumber (seorang alumnus). Tur terasa santai karena pada Sabtu itu tidak ada kegiatan akademis yang berlangsung. Kampus terlihat lengang. 'Kalau hari-hari biasa, jalanan ini akan penuh dengan sepeda,' jelas Tumber. 'UC Davis adalah salah satu kampus dengan populasi pengendara sepeda terbanyak di AS.'
Suasana lengang sebagian besar kampus UC Davis sangat berkebalikan dengan suasana di Recreation Center alias gym kampus. Walau kampus libur, gym tetap buka dan dipadati mahasiswa.
'Ini adalah wall of fame,'jelas Tumber ketika rombongan memasuki gym. 'Mahasiswa-mahasiswa yang berprestasi di bidang olahraga apa pun difoto dan dipajang di dinding ini. Seperti kalian lihat, banyak mahasiswa-atlet (student-athlete) keturunan Asia.'
Setelah mengunjungi gym UC Davis, Tumber bersemangat menunjukkan lokasi menarik di sisi lain kampus. 'Karena kalian adalah para pemain basket, saya akan menunjukkan lapangan basket yang unik di kampus ini,' ujarnya. 'Ini adalah satu-satunya lapangan basket yang bersebelahan dengan kandang-kandang sapi,' ujarnya, disambut tawa oleh para pemain DBL All-Star.
***
Sorenya, setelah kembali mengisi perut, rombongan langsung menuju Sleep Train Arena, di kawasan utara Sacramento.
Bagi kebanyakan pemain, ini adalah kesempatan pertama menonton laga NBA secara langsung di stadion. Hanya satu atau dua yang pernah, yaitu mereka yang tahun lalu juga terpilih masuk DBL All-Star (2012).
Tapi, bagi mereka yang pernah pun, seperti Rivaldo, pengalaman nonton di Sacramento tetaplah baru. Sebab, tahun lalu DBL All-Star pergi ke Seattle, dan menonton laga NBA di Rose Garden, di Kota Portland.
Semestinya, rombongan DBL All-Star diperbolehkan datang lebih dini di Sleep Train Arena. Walau pertandingan baru dimulai pukul 19.00, mereka sebenarnya dijadwalkan masuk stadion pukul 16.30. Untuk menonton sesi latihan sebelum pertandingan.
Sayangnya, pada last minute, rencana itu dibatalkan. Atas permintaan tim pelatih Kings, sesi latihan terakhir tidak boleh ditonton siapa pun.
Mungkin gara-gara Jumat malam sebelumnya (8/11) Kings bermain tidak sesuai harapan, kalah di kandang Portland Trail Blazers. Tim pelatih mungkin ingin melakukan penyesuaian agar bisa melakukan pembalasan di kandang sendiri.
Walau baru bisa masuk pada jam 'normal' penonton alias pukul 18.00, rombongan tetap mendapat sambutan istimewa.
Pertama-tama, Azrul Ananda, commissioner DBL, menjadi tamu khusus pada pre-game show. Dia diwawancarai para host pertandingan, termasuk Scott Freshour, manager entertainment Kings yang ikut membantu program DBL All-Star selama di California.
Selain Freshour, host lain adalah Scott Moak dan Jenn Santich.
Wawancara itu ditayangkan di layar lebar empat sisi yang menggantung di tengah-tengah stadion, juga di seluruh layar yang tersebar di berbagai penjuru gedung berkapasitas lebih dari 17 ribu penonton tersebut (seperti di restoran, ruang-ruang VIP, dan lain sebagainya).
Azrul diminta untuk menceritakan latar belakangnya (pernah tinggal dan kuliah di Sacramento), lalu menjelaskan singkat tentang program DBL All-Star selama sepekan terakhir.
Setelah wawancara, Azrul lantas menyerahkan satu tas penuh kenang-kenangan dari Indonesia untuk Sacramento Kings. Termasuk, sebuah hiasan wayang yang diserahkan kepada Freshour di tengah lapangan.
'Di Indonesia, soal basket, saya sudah merasakan hampir semuanya. Jadi tamu pre-game show rasanya aneh juga. Sempat nervous juga tadi sebelum wawancara,' ungkap Azrul.
Para pemain DBL All-Star duduk menghabiskan tiga barisan di Section 201. Mereka tampak sangat gembira menyaksikan pertandingan tersebut.
Apalagi, suguhan-suguhan entertainment sangat menyenangkan. Aksi dance team, sang maskot (Slamson), sangat khas NBA. Saat half-time, ada kumpulan cheerleader SMP dan SMA se-Sacramento yang tampil bareng di tengah lapangan.
Yang juga bikin heboh adalah aksi tembakan penonton dari tengah lapangan. Bagaimana tidak, seorang penonton berhasil memasukkan tembakan tersebut dan berhak membawa pulang sebuah mobil Ford! Seluruh penonton di Sleep Train Arena langsung berdiri bersorak begitu bola tersebut masuk!
Saat kuarter kedua hampir berakhir, saat time-out, pengalaman spesial ganti dirasakan para pemain DBL All-Star.
Mereka diminta berdiri, lalu ditampilkan di layar besar yang menggantung tersebut. Oleh Scott Freshour, mereka diperkenalkan kepada seluruh penonton yang lain.
'Kelompok pemain basket SMA ini datang dari sangat jauh, dari Indonesia,' ucap Freshour, disambut sorakan ribuan penonton di Sleep Train Arena.
Setelah pertandingan, Freshour mengaku sambutan untuk anak-anak DBL All-Star termasuk yang paling heboh malam itu. Dia bilang, sang pemilik baru Kings, Vivek Ranadive, tersenyum paling lebar saat anak-anak Indonesia diperkenalkan.
Ranadive adalah pendiri dan CEO dari TIBCO, salah satu perusahaan teknologi informasi terbesar di Amerika. Sebagai warga keturunan India, dia mungkin sangat senang ada 'warna' internasional dalam pertandingan malam itu.
'Visi dia memang untuk menjadikan Kings lebih populer secara global,' ujar Freshour.
Sayang, malam itu Sacramento Kings gagal meraih kemenangan. Portland Trail Blazers menutup pertandingan dengan skor 96-85.
'Saya tadi mendukung Sacramento Kings. Agak sedih sih, Kings kalah. Tapi, melihat suasananya, berbeda sekali. Semua orang bergembira seperti berpesta dan merayakan sesuatu. Jadi terasa sangat seru,' kata Dara Tahirah Sudrajat, pemain asal SMAN 2 Bandung, yang baru kali ini menonton langsung laga NBA.
Setelah pertandingan, rombongan kembali ke hotel. Mereka harus langsung mengepak semua barang, karena Minggu pagi (10/11, Senin WIB) akan berangkat ke San Francisco. Dari kota itu, Minggu siangnya, mereka bakal terbang kembali ke tanah air bersama Singapore Airlines.
Mereka dijadwalkan mendarat di tanah air pada Selasa, 12 November.
Benar-benar tidak terasa, seminggu telah berlalu di Amerika, di California. 'Begitu tiba di tanah air nanti, tim ini secara resmi juga dibubarkan. Itu biasanya akan jadi momen yang sangat mengharukan. Tapi, kami telah mendapat pengalaman baik selama di California. Setiap tahun kami selalu mendapatkan pelajaran baru. Kalau kelak kembali membawa tim ke sini, kami rasa kami sudah tahu bagaimana membuat kunjungan ini lebih baik lagi,' pungkas Azrul Ananda. (habis)
Story Provided by Jawa Pos