NEWS

TANTANGAN: Erwin Harahap, salah satu wasit IndiHome NBL Indonesia, saat memimpin laga antara Pacific Caesar Surabaya dan Satria Muda BritAma Jakarta. (Foto: NBL Indonesia)
nblindonesia.com - 28/02/2015
Manajemen Istirahat Menghadapi Seri Maraton

LIGA basket kasta tertinggi tanah air IndiHome NBL Indonesia 2014-2015 memasuki seri maraton di Jawa Tengah dan Jogjakarta. Semua yang terlibat dalam liga harus melakoni tiga seri berturut-turut, yaitu Solo, Semarang, dan Jogjakarta. Semua elemen yang terlibat di dalamnya dituntut untuk menjaga performanya. Klub harus mampu menciptakan situasi yang kondusif agar tidak terjadi kejenuhan pada pemainnya. Demikian juga dengan wasit, mereka diharapkan tetap konsisten dan selalu siap dalam penugasan.

Afif Kurniawan, M.Psi.
Tutor/Assesor NBL dan WNBL Indonesia

Psikolog Klinis dan Kesehatan Mental Universitas Airlangga
afif.kurniawan@psikologi.unair.ac.id

–––

Manajemen diri menjadi hal yang sangat penting untuk diterapkan pada seri maraton ini. Memahami kebutuhan tersebut, kelas psikologi untuk wasit IndiHome NBL dan WNBL Indonesia Seri Solo kali ini berfokus kepada Manajemen Istirahat. Bagi seorang wasit, kebutuhan istirahat atau tidur adalah kebutuhan dasar untuk mencapai kondisi fisik yang bugar dan konsentrasi yang optimal.

Tidur adalah pola harian yang dilakukan oleh setiap orang sebagai bentuk istirahat setelah aktivitas rutin. Meski demikian, tidak semua orang merasa puas dengan kualitas dan jam tidurnya. Dalam olahraga sendiri, ada kebutuhan dasar agar seseorang mampu berlatih atau bertanding dengan optimal, yaitu kualitas fisik. Kualitas tidur adalah bagian dari tercapainya kualitas fisik tersebut. Bagaimana dengan wasit? Tidak jauh berbeda. Bahkan, jika mempertimbangkan bahwa fokus dan konsentrasi sangat dipengaruhi kualitas istirahat atau tidur, maka dapat dikatakan bahwa kualitas tidur menjadi kunci keberhasilan seorang wasit, tanpa mengesampingkan faktor lain seperti pengetahuan, kerjasama, dan motivasi.

Dalam satu hari, tubuh manusia mengalami ritme tidur yang disebut sebagai circadian rhythm. Ritme tersebut membagi suhu tubuh manusia menjadi dua waktu besar, yaitu saat siang sampai sore hari dimana suhu tubuh panas dan membuat kita sangat bersemangat, kemudian senja hingga malam hari (puncaknya adalah pada pukul 23.00) dimana suhu tubuh kita berangsur turun dan menyebabkan kantuk. Permasalahannya, dalam suatu rangkaian seri yang berlangsung, pola aktivitas seorang wasit tidak selamanya mengikuti ritme tersebut. Sebagai contoh, terkadang pertandingan big match justru diadakan malam hari. Mereka dituntut untuk alert dan bertugas optimal. Meski demikian, tidak ada yang perlu dirisaukan. Circadian rhythm can get out of step, demikian pernyataan para ahli. Artinya seorang wasit dapat ’merekayasa’ ritme dan kualitas tidurnya.

Jika mereka harus dalam kondisi alert di malam hari, maka seorang wasit tersebut harus memanipulasi saat siang dan sore harinya. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan menciptakan suasana kondusif dengan menghadirkan ‘suasana malam hari’ di waktu siang atau sore itu. Mereduksi cahaya dalam kamar adalah salah satunya. Cahaya lampu di kamar sebisa mungkin harus dikurangi, cahaya yang berasal dari sinar matahari juga diusahakan untuk tidak masuk ke dalam ruangan. Langkah selanjutnya adalah menciptakan kondisi yang nyaman, seperti meminimalisir gangguan suara, menjaga kebersihan ruangan, serta tidak melakukan aktivitas dengan gadget atau menonton televisi.

Mendengarkan musik, terutama musik dengan alunan lambat disarankan untuk dilakukan. Harapannya adalah agar seseorang dapat menyegerakan tidur dan terbangun dalam kondisi yang bugar. Penggunaan jam atau alarm untuk membangunkan tubuh dari tidur juga diperlukan, mengingat mereka tidak berada pada siklus normal. Setelah berhasil mengelola faktor tersebut diatas, selanjutnya adalah memperhatikan dua hormon penting yang ada dalam tubuh, yaitu kortisol dan melatonin.

Konsumsi alkohol dan kopi secara berlebihan dapat mempengaruhi kedua hormon tersebut. Dampak secara fisik adalah timbulnya ketergantungan zat, yang membuat tubuh ‘harus’ mengkonsumsi keduanya untuk merasa nyaman. Sementara dampak psikologis yang diterima adalah timbulnya perasaan gelisah, terganggunya rasa percaya diri dan kacaunya stabilitas emosi. Untuk faktor ini, saya pikir pemain dan wasit telah sama-sama memahami dampak negatif yang ditimbulkan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, juga dengan mempertimbangkan kebutuhan performa yang stabil di seri maraton ini, maka sejak seri Solo setiap wasit di IndiHome NBL dan WNBL Indonesia ditugaskan untuk memprogram aktivitas dan waktu istirahat mereka dengan menyusun sleep diary.

Disiplin dalam mengelola istirahat menjadi kuncinya. Motivasi untuk menjaga kualitas mewasiti juga diperlukan untuk menghasilkan konsistensi dalam menerapkan manajemen ini. Dengan demikian para wasit diharapkan selalu siap dalam bertugas di lapangan, terlebih di seri yang cukup panjang ini.

Hal yang sama seharusnya juga dapat dilakukan oleh para pemain kita yang berjuang di paruh kedua liga musim ini, tentu dengan mempertimbangkan dan menyesuaikan jadwal bertanding dan program latihan yang telah disusun oleh klub.

Semoga bermanfaat, dan maju terus bola basket Indonesia.

Share this:
DBL Indonesia Jawa Pos li-ning Safe Care Prambors FM Info BDG Event Jakarta Sony Mainbasket Wing.Stop Mitra Net Indomaret Perbasi Indika FM IndiHome Honda Prospect Motor Tolak Angin Sido Muncul Markplus Hardrock FM OZ FM
 

National Basketball League Indonesia | Contact Us
Copyright © 2010 PT DBL Indonesia, All rights reserved.
Any commercial use or distribution without the express written consent of DBL Indonesia is strictly prohibited.