BERSAHABAT: Menpora Imam Nahrawi (dua dari kanan) ditemani Pemred Jawa Pos Nurwahid (tengah) berkunjung ke kantor PT DBL Indonesia dan disambut GM PT DBL Masany Audri (kanan) kemarin. Sebelumnya Menpora juga berkunjung dan berdiskusi dengan awak redaksi Jawa Pos. (Foto: Dimas Alif / Jawa Pos)
KESEJAHTERAAN atlet dan mantan atlet menjadi salah satu fokus perhatian Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi. Dia berharap tidak ada lagi kisah sedih tentang atlet Indonesia yang merana setelah pensiun.
''Saya sempat mengundang para atlet peraih Olimpiade. Saya tanya kepada mereka, apakah mereka mempersiapkan anak-anak mereka jadi atlet? Ternyata jawabnya tidak. Jadi atlet itu ya hanya dikenal sebatas sejarah, setelah itu dilupakan,'' kata Imam saat berdiskusi dengan awak redaksi Jawa Pos di Graha Pena, Surabaya, kemarin (9/12).
Untuk menyikapi masalah tersebut, Kemenpora membentuk tim khusus yang mengurusi masa depan atlet. ''Kami sedang membentuk tim kesejahteraan bagi atlet. Masa depan mereka harus kita pikirkan,'' kata Imam.
Terkait dana untuk program tersebut, Imam menyebutkan beberapa alternatif. Salah satunya memanfaatkan dana corporate social responsibility (CSR) dari badan usaha milik negara (BUMN), bisa juga dari dana pihak ketiga.
Soal prestasi, Imam menekankan perlunya program jangka panjang. Hal itu diawali dengan membuat blueprint jangka panjang. Bukan lima tahun, melainkan dua puluh tahun. ''Blueprint itu akan kita launching dan bisa dibedah serta didiskusikan lagi bersama para ahli hingga akhirnya bisa jadi rujukan semua insan olahraga,'' ungkapnya.
Untuk menuju ke sana, semarak berolahraga mesti terus digalakkan. Imam terinspirasi dengan sukses DBL Indonesia mengelola kompetisi basket di tanah air. Saat berkunjung ke kantor PT DBL Indonesia di Graha Pena, Imam meminta blueprint yang dilakukan PT DBL selama ini. Rencananya, kesuksesan yang dilakukan PT DBL dicoba ke olahraga lain. (wam/c17/ca)
Story Provided by Jawa Pos