|
NEWS TERUS DITINGKATKAN: Wasit dituntut untuk menjaga konsentrasinya selama pertandingan. (Foto: Wahyudin/Jawa Pos)
nblindonesia.com - 06/12/2014
Ujian Bernama Konsistensi
SEBELUM bergulirnya Speedy NBL dan WNBL Indonesia musim reguler 2014-2015, PT DBL Indonesia selaku penyelenggara liga telah melaksanakan program pengembangan wasit. Melalui serangkaian kegiatan dan kurikulum pengukuran, penilaian, dan pelatihan. Sebagai assessor pendamping psikologi, fokus saya sendiri adalah mengembangkan faktor kesiapan mental wasit, mengasah problem solving strategies, self management, dan body/game language yang mereka miliki. Afif Kurniawan, M.Psi. ––– Tuntutan akan kebutuhan wasit yang handal sudah tidak dapat lagi dielakkan. Ketatnya persaingan antartim dalam liga ini semakin nyata. Hal yang jelas terlihat dari trade atau pertukaran pemain, serta urutan tim teratas dan terbawah yang semakin sulit ditebak. Penerapan peraturan dasar mengenai hand-checking yang sepenuhnya diterapkan pada musim 2014-2015 ini juga turut memberikan warna ketatnya persaingan pada setiap pertandingan. Dalam hal ini sesungguhnya ujian atau tantangan terbesar dalam pertandingan ada pada konsistensi wasit. Konsistensi seringkali menjadi masalah, atau dipermasalahkan saat berjalannya pertandingan. Mengapa wasit A dalam situasi tertentu mengambil tiupan foul, namun wasit B pada situasi yang sama di waktu yang lain tidak meniup foul? Konsistensi itu tidak sederhana. Konsistensi bukan hanya persoalan aplikasi peraturan dengan tepat, namun juga permasalahan persepsi dan interpretasi peraturan yang (memang) bisa jadi akan berbeda antarwasit. Namun pernahkah kita ingin tahu, mengapa hal tersebut bisa berbeda? Jawabannya ada pada tubuh kita, yaitu otak. Otak manusia bekerja dengan fungsi dan cara pencapaian yang berbeda-beda dalam mengolah informasi. Psikologi sebagai kajian ilmu menyebutkan bahwa dalam pemrosesan informasi, otak kita bergantung pada kesehatan fungsi otak itu sendiri, fungsi alat indera, konsentrasi, dan motivasi. Sebelum membahas lebih jauh, maka kita harus memahami dua konsep utama dari proses kerja otak dalam memahami informasi, yaitu sensasi dan persepsi. Sensasi (sensation) adalah proses menerima energi rangsangan dari lingkungan luar. Rangsangan terdiri oleh sel reseptor khusus pada organ panca indera kita. Sedangkan persepsi (perception) adalah proses mengatur dan mengartikan informasi sensoris untuk memberikan makna. Otak memberikan makna terhadap sensasi melalui persepsi. Menemukan pola-pola bermakna dari informasi sensoris inilah yang disebut dengan persepsi. Proses merasa dan memersepsi memberikan sudut pandang tiga dimensi kepada kita tentang suatu informasi yang ditangkap melalui panca indera dan masuk ke otak kita. Panca indera dan otak inilah yang memainkan peran aktif terhadap apa yang wasit "lihat" di lapangan. Persepsi bukanlah cerminan langsung dari apa yang terjadi di situasi nyata, tetapi lebih kepada interpretasi yang diperhitungkan, sebuah proses konstruktif dan integrative. Faktor inilah yang membuat FIBA menerbitkan FIBA Interpretation of Rules, untuk menyamakan persepsi para wasit atas suatu amatan kejadian atau situasi di lapangan yang harus segera diambil keputusan. Suatu bentuk konstruktif yang diciptakan, untuk mengendalikan dan membatasi munculnya persepsi di luar kaidah peraturan. Dari penjelasan tersebut telah cukup jelas, bahwa para wasit ini memiliki modal yang sama dalam memahami dan menginterpretasi peraturan. Namun sekali lagi, persepsi bisa berubah dan tidak sama karena sifatnya yang bergantung kondisi lainnya. Dalam hal ini saya menggarisbawahi tentang konsentrasi dan motivasi. Jujur harus saya akui bahwa mewasiti adalah pekerjaan yang sulit, karena selama 4x10 menit waktu bersih (rata-rata 2 jam) mereka harus terus konsentrasi, tidak boleh lengah, dan harus terus mengawasi pergerakan pemain yang sedang bertanding (faktor eksternal). Belum lagi ditambah dengan kewajiban menjaga komunikasi dengan partner di lapangan, transisi mechanic court yang harus berjalan dengan tepat, menunjukkan hand signal, mengamati instrumen pertandingan seperti scoreboard, timer, team foul dan timeout indicator (faktor eksternal). Saat ini, setiap wasit yang bertugas telah berhasil menciptakan koridor konsentrasi yang saya tetapkan dalam bentuk goal setting. Sebelum pertandingan, para wasit akan menciptakan goal setting mereka secara individu dan tim. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga performa mereka agar tetap berada di jalurnya. Menjadi pengingat saat lengah atau konsentrasi menurun. Menjadi motivasi ketika bertugas dengan harapan tercipta kepuasan setelah selesai memimpin suatu pertandingan. Rumit? Tidak! Kami menginginkan wasit menikmati tugasnya di lapangan dan pulang dalam kondisi puas atas performa yang mereka tunjukkan. Dan yang terpenting adalah, persepsi dan interpretasi mereka akan terus terjaga. Karena mereka memiliki konsentrasi yang terkelola, dan motivasi untuk tampil optimal dalam setiap pertandingan yang dipimpin. Arahnya jelas, dengan begitu konsistensi yang diharapkan akan tercapai. Menciptakan level konsentrasi dan motivasi itu mudah, namun menjaganya agar tetap stabil adalah tantangan sesungguhnya. Masih kami ingat bagaimana musim lalu (2013-2014) kita berlatih imagery, positive self talk, dan functional analysis untuk meningkatkan kesiapan mental dalam mewasiti. Modal itu sudah ada, dan saat ini terus dikelola agar terus berkembang menuju optimal. Meski demikian, seperti hal-nya kesuksesan, maka keberhasilan setiap wasit untuk mencapai level mewasiti yang optimal adalah pilihan dan kemauan. Dukungan, saran yang positif, iklim liga yang sehat, akan membuat banyak elemen dalam industri olahraga ini akan berkembang. Setidaknya, jika saat ini kita memiliki persepsi bahwa mewasiti itu tugas yang mudah atau wasit yang kita miliki di Indonesia ini kurang berkualitas, silahkan tanyakan: Apakah kita berada pada level konsentrasi yang sama dengan mereka (para wasit) di lapangan? Apakah motivasi kita dalam memberi penilaian tadi sama seperti motivasi mereka dalam mengambil keputusan? Mari terus dukung bola basket Indonesia. (*)
Share this:
Tweet
|
Copyright © 2010 PT DBL Indonesia, All rights reserved.
Any commercial use or distribution without the express written consent of DBL Indonesia is strictly prohibited. |