|
NEWS DO IT RIGHT: Rony Gunawan menggendong Kyla. (Foto: Raka Denny / Jawa Pos)
nblindonesia.com - 07/11/2014
Ketika Para Ayah Menggendong Buah Hati
Rangsang Sensomotor, Anak Jadi Kuat
MENGGENDONG itu terlihat sepele, namun tak jarang jadi hal yang menakutkan buat para ayah baru. Bagaimana posisi yang pas agar sang bayi nyaman? Tiga papa muda berikut berbagi cerita soal pengalaman menggendong sang buah hati. Rony Gunawan, punya pengalaman tersendiri dalam menggendong sang anak. Putri pertamanya, Kyla Dominique Gunawan, kini berusia 10 bulan. Awalnya, Rogun -sapaan center Satria Muda Britama Jakarta ini- tidak berani menggendong anaknya. Postur badan yang terbentuk kukuh hasil latihan rutin sebagai atlet basket membuat Rogun khawatir Kyla tidak nyaman saat berada dalam gendongannya. Namun, fatherhood yang secara otomatis muncul saat melihat buah hati lahir membuat pria setinggi 193 sentimeter itu memberanikan diri. Dia pun mempelajari bagaimana cara yang tepat untuk menggendong bayi. Ketika anaknya baru lahir, Rogun sangat berhati-hati, bagian leher Kyla menjadi perhatian utama. Leher disangga lengan, memastikan si bayi aman dalam gendongan. ''Menggendong bayi itu nggak sulit ternyata. Kyla juga anteng-anteng aja, berarti dia nyaman,'' kata Rogun, lantas tertawa. Psikolog anak dan keluarga Roslina Verauli MPsi memaparkan, pada usia 0-2 tahun, tumbuh kembang anak berpusat pada sensomotor. Itu berkaitan dengan susunan saraf pusat serta refleks si kecil. Aktivitas menggendong yang dilakukan ayah bisa menstimulasi sensomotor tersebut, khususnya vestibular (keseimbangan) dan proprioseptif (kemampuan untuk mengetahui posisi tubuhnya dalam ruang). ''Sebab, ayah ketika menggendong lebih melibatkan kegiatan fisik seperti diayun, dipanggul di bahu, atau diangkat tinggi,'' ujarnya. ''Dari riset, stimulasi tersebut membuat anak belajar mengenai trust sejak kecil, lebih percaya diri, baik dalam relasi sosial maupun proses belajar,'' lanjut psikolog yang akrab disapa Vera itu. Dia juga menyarankan agar ibu dan ayah berbagi peran mengasuh anak. Jangan terlalu khawatir kalau ayah tidak mampu merawat anak. (nor/c17/jan) Story Provided by Jawa Pos
Share this:
Tweet
|
Copyright © 2010 PT DBL Indonesia, All rights reserved.
Any commercial use or distribution without the express written consent of DBL Indonesia is strictly prohibited. |