CASUAL: Bintang CLS Knights Surabaya Mario Wuysang menjadi model dalam Surabaya Fashion Parade di Tunjungan Plaza, Jumat (2/5). (Foto: Dipta Wahyu/Jawa Pos)
TAK hanya piawai di lapangan basket, sepuluh bintang National Basketball League (NBL) Indonesia ini juga bersinar di atas catwalk. Mereka didaulat menjadi model salah satu brand menswear ternama, Lacoste, dalam fashion show Surabaya Fashion Parade (SFP) 2014 di Tunjungan Plaza kemarin (2/5)
Mereka adalah Wijaya Saputra, Mario Wuysang, Dimaz Muharri, Tony Agus, Ernest Koswara, Dian Heryadi, Jeffry Bong, dan A.A. Ngurah Wisnu Budhidarma dari CLS Knights Surabaya serta Charlie Fanny Indra Putra dan Muhammad Ikrar Fauzia Syarief dari Pacific Caesar.
Meski baru berlatih dua hari lalu, mereka tidak canggung berjalan di atas catwalk. Layaknya model profesional, para pemain itu berjalan dengan gagah dan memukau ratusan mata penonton. Mereka mengenakan busana casual sporty.
"Para NBL player ini selain memiliki postur yang tinggi dan good looking, mereka berprestasi. Sudah selayaknya mereka menjadi public figure," ungkap Sheilla Ardilla, public and media relations PT DBL Indonesia selaku penyelenggara kompetisi NBL Indonesia.
Terobosan membawa para bintang lapangan tersebut di atas catwalk, lanjut dia, berhulu dari konsep bagaimana pemain NBL menjadi layak di bidang entertainment. Terpilihnya sepuluh pemain tersebut menjadi model, khususnya dalam rangkaian akbar SFP, diharapkan memberikan wawasan kepada masyarakat untuk mengenal lebih jauh sosok-sosok berbakat itu.
Bintang CLS Dimaz Muharri mengaku sangat antusias bisa berpartisipasi dalam event fashion parade terbesar di Jawa Timur tersebut. Pemain 28 tahun itu baru pertama menjadi model. "Baru dua hari yang lalu kami latihan catwalk, pose, raut muka, dan ekspresi. Susah-susah gampang. Mukanya enggak boleh kelihatan bahagia, tapi enggak boleh sedih," cerita Dimaz.
Lain lagi cerita Wijaya Saputra. Dia lebih dulu merambah dunia modeling. Wijaya menggeluti modeling sejak 2004 dan gabung CLS pada 2007. Menjalani basket dan modeling sekaligus bukan pilihan berat bagi Wijaya. "Dua-duanya kalau bisa seimbang. Tapi, fokus utama tetap basket," katanya.
Kemeriahan SFP kemarin juga terlihat pada pameran kain-kain tenun dari Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Jiara Hungguhau, 67, perajin tenun asal Sumba Timur, menunjukkan kebolehan menenun di hadapan para perancang busana. (rim/ayu/c10/ca)
Story Provided by Jawa Pos