|
NEWS KOMPLET: Ebrahim Enguio Lopez memiliki fisik dan mental yang bagus. (Foto: Hendra Eka/Jawa Pos)
nblindonesia.com - 24/04/2014
Mana Lebih Dulu, Fisik atau Mental?
Masih ingatkah Anda dengan pertanyaan permainan ” Mana yang lebih dulu, ayam atau telurnya? ”. Seringkali kita terjebak dalam pertanyaan yang sama saat menanyakan dimana letak dan fungsi mental dalam olahraga. ––– Afif Kurniawan, M.Psi. ––– WORLD Health Organization (WHO), mendefinisikan sehat sebagai suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan. Sehat bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan tertentu. Dalam aktivitas olahraga dan seluruh elemennya (pelatih, pemain, wasit), kata ‘mental' sering diucapkan namun justru seringkali terabaikan. Kesalahan umum yang terjadi adalah para pelaku olahraga ini hanya berfokus kepada pembentukan skills yang sempurna melalui program latihan fisik, teknik, dan taktik. Yang umum terdengar adalah bagaimana membentuk kesiapan fisik terlebih dahulu. Saat fisik siap, maka mental yang bagus akan mengikuti. Paradigma tersebut tidaklah salah, namun apakah kita bisa menjamin saat kondisi fisik siap berarti seseorang selalu siap turun ke lapangan untuk (pemain) bertanding atau (wasit) bertugas? Bukan suatu hal yang mudah memang untuk mempelajari bagaimana peran kesehatan mental dalam olahraga, karena aspek ini tidak serta merta dapat diukur dan diperiksa melalui satu kali pengukuran, tes, uji lab dan sejenisnya. Kesehatan mental memiliki kompleksitasnya sendiri-sendiri. Ruang lingkupnya pun sangat luas. Cara pemecahan, penanggulangan, dan pendampingannya pun beragam mengikuti kondisi mental seseorang atau kelompok pada saat itu. Selama mendampingi tim wasit dalam Speedy NBL Indonesia maupun Speedy WNBL Indonesia, secara umum terdapat beberapa aspek mental utama yang muncul pada wasit, yaitu aspek motivasi, percaya diri, dan self management . Ketiga aspek ini juga dijumpai dalam performa atlet dan pelatih di lapangan. Lalu, kembali ke pertanyaan awal, bagaimana fisik yang baik dapat mempengaruhi motivasi, kepercayaan diri, atau self management ? Mana yang lebih dulu harus disiapkan? Jika kita terus mencari mana yang lebih penting antara fisik atau mental, maka kita tidak akan pernah menemukan jawaban yang tepat. Mengapa? Karena pada dasarnya kedua hal tersebut saling mengikat. Mental yang bagus saja tidak cukup tanpa didukung kemampuan fisik. Otak kita secara kognitif tidak akan mampu berkonsentrasi dengan baik jika daya tahan tubuh kita turun atau lelah, lalu dengan sendirinya kita akan membuat keputusan-keputusan atau gerakan yang lambat dari seharusnya. Demikian sebaliknya, fisik bagus tanpa didukung pengendalian diri, motivasi, dan rasa percaya diri yang memadai takkan mampu menghasilkan performa optimal di lapangan. Pemain dengan motivasi rendah akan enggan menjalankan instruksi pelatih dengan baik, atau wasit yang kurang percaya diri akan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan dengan baik di lapangan. Mengelola mental agar mencapai ‘sehat' harus melalui kombinasi yang seimbang antara faktor fisik, psikologis, dan lingkungan. Bagaimana caranya? Harus diciptakan. Harus melibatkan seluruh elemen yang ada. Dalam amatan saya, liga ini terus berkembang menciptakan lingkungan kompetisi yang sehat. Selanjutnya adalah tugas dan tanggung jawab masing-masing elemen di dalamnya untuk mencapai keselarasan fisik mental yang optimal. Jika kondisi tersebut tercapai, maka akan lahir pemain, pelatih, wasit yang memiliki kemampuan yang matang. Sehingga prestasi demi prestasi dalam olahraga bola basket ini akan bermunculan. Jadi mana yang lebih dulu ada, ayam atau telur? Tidak ada yang lebih dulu, karena mereka adalah kesatuan yang saling berkaitan. (*)
Share this:
Tweet
|
Copyright © 2010 PT DBL Indonesia, All rights reserved.
Any commercial use or distribution without the express written consent of DBL Indonesia is strictly prohibited. |