PEREMPUAN HEBAT: Yuli Wulandari menjadi wasit perempuan pertama di Speedy NBL Indonesia. Foto kanan, Masany Audri (kanan) menerima kue ulang tahun dari Commissioner NBL Azrul Ananda. (Foto: Hendra Eka/Jawa Pos)
Beberapa perempuan ini berkiprah, terjun langsung, dan bergumul erat di dunia para pria, Speedy NBL Indonesia. Kartini-Kartini modern ini tidak hanya menjadi penggembira, namun memegang
peran penting.
–––
MARET tahun lalu Yuli Wulandari punya satu obsesi yang ingin dikejar; memiliki lisensi FIBA. Kalau bisa meraih itu, rasanya pencapaian wasit bertinggi 162 cm itu sudah lengkap.
Yuli adalah wasit perempuan pertama di liga perempuan paling elite, Speedy WNBL Indonesia. Yuli lalu naik menjadi wasit perempuan pertama dan satu-satunya di Speedy NBL Indonesia.
Tidak mudah memang meraih lisensi internasional tertinggi setaraf FIBA. Apalagi, tahun lalu Yuli masih berlisensi B1, label yang dipegangnya sejak 2010.
Tetapi, kerja keras akhirnya membuat perempuan kelahiran 7 Juli 1987 itu merebut lisensi FIBA bulan lalu. Banyak hal yang dilakukan. Selain mendalami materi, memperkuat fisik, dan feeling game , peningkatan kemampuan berbahasa Inggris juga dilakukan. Yuli yang dari Jambi itu rela pergi dan belajar ke kampung Inggris di Pare, Kediri.
Lonjakan besar Yuli terjadi saat dia diundang mengikuti Sports Visitor Program yang digelar US Department of State pada Maret 2013. Selama dua pekan dia berada di Washington D.C. dan Philadelphia untuk mengikuti program pengembangan olahraga.
Menjadi pioner sebagai wasit perempuan Indonesia pertama yang meraih lisensi FIBA, membuat Yuli tertantang. Terutama untuk membantu membidani kelahiran sebanyak mungkin wasit FIBA perempuan dari Indonesia.
Yuli mengatakan, tantangan memang cukup besar, terutama di awal karir. Pasalnya, banyak yang tidak ramah dan meremehkan kemampuannya. Tetapi, Yuli membuktikan bahwa dirinya bisa menjawab cibiran itu. "Perempuan tak kalah dengan pria. Ada satu kelebihan kami dibanding wasit pria. Ya, perempuan itu kan bisa lebih sabar. Itu cukup membantu ketika dalam tensi pertandingan yang ketat, he he he," ucapnya.
Selain Yuli, nama yang memegang peran penting di NBL adalah Riska Natalia Dewi, manajer Satria Muda Britama Jakarta. Riska adalah satu-satunya manajer perempuan di tim basket profesional putra Indonesia.
Memegang status itu, Riska tak canggung. "Sentuhan feminin seperti lebih sabar, menenangkan, dan memberikan support kadang diperlukan untuk situasi tertentu," ucap perempuan kelahiran 26 Desember itu.
Riska mulai mengenal basket sejak sekolah dasar. Selanjutnya, saat kompetisi masih bernama Kobatama, Riska sudah menjadi bagian tim statistik. Berkarir di dunia basket diteruskannya sampai ke kompetisi Indonesian Basketball League IBL dan NBL Indonesia.
Mengurus tim basket yang targetnya selalu juara seperti SM, bagi dia memiliki tekanan besar. Selain mengurus manajemen, pemain, pelatih, dan ofisial, Riska menjaga semangat mereka agar tidak padam.
Masany Audri Gultom juga punya peran sangat sentral di NBL Indonesia. Dia adalah general manager PT DBL Indonesia, penyelenggara NBL Indonesia. Sejak berusia 19 tahun hingga merayakan ulang tahun ke-32, Jumat 18 April lalu, Sany -panggilannya- konsisten berkiprah di DetEksi , halaman anak muda Jawa Pos . Kemudian, dia naik menjadi general manager PT DBL Indonesia. (nur/aam/c2/ham)
Story Provided by Jawa Pos