TERBENAM: Pemain Sumsel Hangtuah IM, Adhi Pratama (kiri) dikawal pemain Pacific Caesar Surabaya, Hery Listiyono, saat bertanding dalam Speedy NBL Indonesia seri IV di GOR C-Tra Arena Bandung. (Foto: Hendra Eka/Jawa Pos)
HANGTUAH Sumsel IM adalah tim yang secara kualitas layak menyandang status kuda hitam. Materi pemainnya bagus. Mereka juga diarsiteki salah seorang pelatih papan atas Indonesia, Wan Amran.
Tetapi, apa yang terjadi dengan Hangtuah? Selalu lolos nyaman ke championship series pada tiga musim terakhir, penampilan Ary Sapto dkk menurun drastis musim ini.
Bisa memberikan kejutan dengan mengalahkan tim papan atas seperti CLS Knights Surabaya dan Garuda Kukar Bandung, Hangtuah justru terseok-seok menghadapi tim yang secara kualitas berada di bawah mereka.
Pada lanjutan Speedy NBL Indonesia seri IV di C-Tra Arena kemarin (8/3), Hangtuah secara mengejutkan dibekuk Pacific Caesar Surabaya dengan skor 65-63. ''Kekalahan ini membuat kami makin gelap,'' ujar Koko Heru Setyo Nugroho, asisten pelatih Hangtuah, setelah pertandingan. ''Untuk ke championship series , hitungan saya minimal kami menang 12 kali,'' imbuhnya.
Persaingan menuju championship series memang makin sengit dengan hasil ini. Hangtuah berada di posisi ke-11 di antara 12 tim. Mereka tertinggal oleh Satya Wacana Metro LBC Bandung dan JNE BSC Bandung Utama yang masing-masing menang lima kali. Juga Bimasakti Nikko Steel yang sudah mengambil enam kemenangan.
Bagi Koko, permasalahan tim ini selalu sama dari pertandingan ke pertandingan. Tim tidak bisa menutup pertandingan dengan bagus setelah unggul pada awal laga. ''Kami awalnya sudah menggali tanah, masukin lawan ke lubang kubur, tetapi lupa menutupnya. Ya, setannya keluar lagi,'' papar pelatih kelahiran Kabupaten Malang tersebut beranalogi.
Sementara itu, bagi Pacific, kemenangan tidak bisa membuat posisi mereka nyaman ke championship series . Sebab, Pacific sudah kalah head-to-head melawan Bimasakti (0-1), Bandung Utama (0-2), dan Satya Wacana (0-1). (nur/c17/ham)
Story Provided by Jawa Pos