ASLI KEDIRI: Kapten Garuda Bandung Wendha Wijaya saat di Solo, Jumat (14/2). Ayah, Ibu, serta keluarganya yang lain tinggal di Kediri. (Foto: Farid Fandi/Jawa Pos)
Beberapa pemain Speedy NBL Indonesia asal Kediri dan Blitar terhenyak karena letusan Gunung Kelud. Mereka tidak menduga bahwa erupsi besar akan terjadi lagi.
Ainur Rohman, Solo
WENDHA Wijaya langsung tersentak. Dia tercekat ketika membuka akun Twitter-nya Kamis sekitar pukul 23.20 (13/2). Kapten dan bintang utama Garuda Kukar Bandung kaget ketika membaca linimasa yang mengabarkan bahwa Gunung Kelud meletus.
Gunung bertinggi 1.731 meter tersebut berada di perbatasan Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang. Wendha lahir dan besar di Kediri.
''Saya kaget sekali,'' ucap Wendha saat ditemui di hotel tempatnya menginap kemarin (14/2). ''Saya langsung menelepon keluarga di sana. Syukur hanya hujan abu saja,'' ucap pemain yang dibesarkan di Halim Kediri itu.
Keluarga Wendha memang masih berada di Kediri. Ayahnya, Seger Raharjo, dan ibunya, Suwarsih, tinggal bersama adiknya, Dian Pertama, yang berusia 24 tahun.
Bagi Wendha, letusan tersebut mengulangi apa yang terjadi pada 1990. Saat itu Gunung Kelud secara hebat memuntahkan 57,3 juta meter kubik material vulkanis. Selama 45 hari, Gunung Kelud beraktivitas. ''Saya sempat khawatir karena letusan ini disertai petir,'' paparnya.
Bintang muda Pelita Jaya Energi Mega Persada Jakarta Francisco Yogi Da Silva mengalami hal serupa. Rumah Yogi berada di Kecamatan Pare, Kediri. Jarak rumahnya sekitar 25 kilometer dari pusat letusan.
Dampak yang dialami Yogi lebih gawat ketimbang Wendha. Rumah kakek dan nenek Yogi yang bernama Muniran, 68, dan Musiyah, 64, dihantam hujan kerikil dan abu vulkanis. Beberapa atap rumahnya bolong. Selain itu, tebal abu vulkanis yang mencapai 10 cm sangat mengganggu.
Yogi yang lahir di Kediri pada 17 April 1991 tersebut tidak pernah merasakan bencana pada 1990. Namun, jika dibandingkan dengan aktivitas Gunung Kelud pada 2007, Yogi merasa bahwa kejadian tahun ini begitu mencekam. ''Pada 2007, saya ada di Kediri. Tetapi, memang aktivitas gunungnya tidak tinggi, juga tidak meletus,'' paparnya.
Forward bertinggi 185 cm tersebut langsung mengontak kakek dan neneknya sesaat mendengar berita itu. Untunglah, kondisi mereka baik-baik saja. Pagi hari, ada kabar bahwa mereka aman berada dalam rumah. ''Jadi tidak masalah,'' ucapnya.
Pemain-pemain asal Malang dan Blitar juga kaget dengan bencana yang terjadi. Bintang PJ Dimas Aryo Dewanto langsung menelepon orang tuanya yang tinggal di Kecamatan Singosari, Malang. Sebab, ada kabar bahwa Malang juga terkena dampak letusan Gunung Kelud. ''Tetapi, ternyata yang terkena di Batu, bukan Malang,'' ucap Samid -panggilannya.
Kapten Bimasakti Nikko Steel Malang Yanuar Dwi Priasmoro yang berasal dari Desa Kalipucung, Sanankulon, Blitar, sempat sempat ketir-ketir. ''Ternyata Blitar cerah katanya,'' cerita Most Valuable Player 2012 tersebut.
Lingkungan tempat tinggal Yanuar justru menjadi tempat pengungsian untuk masyarakat dari wilayah sekitarnya. Terutama dari pinggir sungai Brantas. ''Dari dulu sungai itu menjadi jalan lewat lahar,'' papar Yanuar.
Rumah dua pemain Bimasakti lainnya, Bima Rizky Ardiansyah dan Restu Dwi Purnomo, yang berada di selatan Sungai Brantas, Blitar, juga tidak bermasalah. ''Mereka malah aman sejahtera,'' ucap Yanuar. (*)
Story Provided by Jawa Pos