|
NEWS GILA BASKET: H.M. Lukminto (berdiri paling kanan) saat tampil bersama tim veteran Bhinneka Solo. (Foto: dok. Sritex)
nblindonesia.com - 07/02/2014
Sosok Penting Lahirnya Klub Bhinneka dan Sritex Arena
Mengenang HM. Lukminto dan Kontribusi Luar Biasanya bagi Basket Indonesia
SOSOK H.M. Lukminto dikenal sebagai penggila basket. Meski belum pernah mencicipi peran sebagai pemain pro, dedikasinya untuk basket patut diapresiasi. Dia juga yang menjaga GOR Bhinneka (kini berganti menjadi Sritex Arena, red) tetap dipertahankan untuk arena basket. Plus mengorbitkan Sritex Dragons Enduro, satu-satunya tim basket putri Solo di panggung Speedy Women’s National Basketball League (WNBL) Indonesia. Sejak masih muda, pria yang akrab disapa Pak Luk ini dikenal sangat hobi bermain basket. Hingga akhirnya dia dipertemukan dengan Halim Sugiarto, sosok yang berperan besar atas berdirinya klub basket Bhinneka Solo. Awal pertemuan keduanya terjadi bukan di lapangan, melainkan di Pasar Klewer. Tepatnya pada 1966 silam. HM Lukminto mengawali kerajaan bisnisnya dengan menjual bahan-bahan tekstil di Pasar Klewer dengan nama Sri Rejeki Isman. Kebetulan juga, Halim Sugiarto juga berdagang di bidang yang sama. Karena sama-sama suka basket dan mayoritas pedagang di sana suka basket, mereka berniat mendirikan sebuah klub. Tepat pada tahun 1967, berdirilah Bhinneka Solo. Dijumpai Radar Solo di kediamannya, Halim Sugiarto menceritakan bahwa pemilihan nama Bhinneka bukan tanpa alasan. Karena mayoritas pemainnya berasal dari berbagai penjuru daerah, dipilihlah nama itu sesuai filosofi lambang negara, Bhinneka Tunggal Ika. ”Eman-eman Solo kehilangan tokoh seperti Luk (Lukminto). Awalnya saya dan Luk itu jualan kain di Pasar Klewer. Karena sering kumpul dan Luk suka basket, kami dan temen-temen pedagang yang suka basket ingin buat klub. Akhirnya berdirilah Bhinneka Solo,” tutur Halim. Pada awal didirikan, klub Bhinneka diperkuat pemain dari berbagai latar belakang etnis dan asal daerah yang berbeda-beda, tidak hanya Solo. Saat itu, Bhinneka bukan klub pertama di Solo karena sebelumnya sudah ada Garuda Muda, CTH, dan TNH. Karena Solo belum punya GOR basket memadai, latihan Bhinneka sering berpindah-pindah tempat. Terkadang mereka berlatih di Balai Prajurit (kini digunakan untuk Beteng Trade Center), Mangkunegaran (kini dipakai sebagai gedung MTA), Monumen 45 Banjarsari, dan Kepatihan. Bhinneka pun mulai menunjukkan perannya dengan mewakili tim basket Jawa Tengah di PON VII di Surabaya (1969). ”Dulu lawan kita dari Jakarta, Bandung, dan Medan. Sayang kita belum dapat emas,” jelas Halim. Di level junior, Bhinneka berhasil menjadi champions kejuaraan nasional tingkat junior U-17 di Malang, Jawa Timur tahun 1994. Nah, dari sinilah embrio berdirinya GOR Bhinneka yang kini telah berubah nama jadi Sritex Arena. Pascajuara, Halim langsung membangun sebuah GOR basket berstandar internasional. Pembangunan GOR ini merupakan nazar Halim jika Bhinneka junior berhasil jadi juara. Hanya butuh waktu setahun, beridirilah GOR Bhinneka yang diklaim sebagai yang termegah di Jawa Tengah. Keberadaan GOR ini pula yang lantas menjadi awal keikutsertaan Bhinneka Solo di Kobatama musim kompetisi 1996. Peran Lukminto di Bhinneka masih cukup besar. Demi kelangsungan hidup tim, Sritex akhirnya menjadi sponsor utama dari 1999 sampai 2007. Dan namanya pun berubah jadi Bhinneka Sritex. ”Saya berani ikutkan Bhinneka ke Kobatama dan IBL. Luk juga ikut jadi pengurus sekaligus sponsornya dan namanya sempat ganti jadi Bhinneka Sritex,” beber Halim. Akan tetapi, krisis finansial memaksa Bhinneka Sritex bubar tahun 2009. Halim mengaku sudah tidak mampu menghidupi klub seorang diri. Mulai dari membayar gaji, akomodasi tim selama kompetisi, hingga pendidikan para pemain. ”Tahun 2010 akhirnya semua aset Bhinneka termasuk GOR saya jual ke Luk. Tidak butuh waktu lama bagi Lukminto mengakuisisi GOR Bhinneka. Itu semua tak lepas dari peran orang-orang terdekatnya. Termasuk Wimbo Wicaksono (Paman Halim Sugiarto), dan Sumartono Hadinoto, Ketua Humas Perkumpulan Masyarakat Solo (PMS). Sumartono menyebut Halim sebenarnya masih setengah hati melepas GOR Bhinneka. Sebab, dikhawatirkan GOR tersebut beralihfungsi ketika sudah dijual nanti. Namun, Sumartono yang waktu itu menjabat sebagai Ketua KONI Solo meyakinkan ke Halim, GOR Bhinneka tetap difungsikan sebagai pusatnya basket jika beralih ke tangan Lukminto. ”Waktu itu memang tidak ditawarkan ke pihak lain, karena Pak Halim takut berubah fungsi. Karena Pak Luk juga hobi basket, tanpa menawar, GOR Bhinneka langsung dibeli dan diganti namanya jadi Sritex Arena,” jelas Sumartono. Hingga sekarang, Sritex Arena tetap berfungsi sebagai venue berbagai ajang basket. Selama empat musim berturut-turut, GOR berkapasitas 3.500 penonton ini tak pernah absen menjadi salah satu venue penyelenggaraan liga basket kasta tertinggi tanah air, NBL Indonesia dan WNBL Indonesia. Liga basket pelajar terbesar di tanah air Developmental Basketball League (DBL), serta Junior Basketbal League (JRBL) juga diselenggarakan di Sritex Arena. ”Memang dedikasi Pak Luk untuk basket di Solo besar sekali. Termasuk terbentuknya Sritex Dragons Enduro,” imbuhnya. (fer) Story Provided by Sadar Solo
Share this:
Tweet
|
Copyright © 2010 PT DBL Indonesia, All rights reserved.
Any commercial use or distribution without the express written consent of DBL Indonesia is strictly prohibited. |