ON FIRE: Ponsianus Nyoman Indrawan menjadi tumpuan Pelita Jaya ketika kehilangan banyak bintang selama Speedy NBL Indonesia seri II di Jakarta. (Foto: Hendra Eka / Jawa Pos)
JAKARTA - Seri II Speedy NBL Indonesia 2013-2014 berakhir (19/1). Hanya berselang tak lebih kurang tiga pekan, seri III Solo akan bergulir pada 8-16 Februari di Sritex Arena.
Beberapa pelatih menyatakan bahwa seri III akan sangat krusial untuk mulai menentukan peta posisi klasemen akhir musim reguler. Sebab, di seri III ini, semua tim sudah saling berhadapan. ''Seri III penting untuk mengetahui kira-kira di mana peringkat akhir tim,'' ucap Rastafari Horongbala, head coach Aspac Jakarta.
Di Jakarta, Satria Muda Britama Jakarta menjadi tim terbaik. Rony Gunawan dkk menyapu bersih lima kemenangan. Lebih hebat lagi, SM mengandaskan tiga peringkat teratas musim lalu, yakni Aspac, Pelita Jaya Energi-MP Jakarta, dan Garuda Kukar Bandung di Hall Basket Senayan, Jakarta.
Ini menjadi peningkatan bagi tim-tim lainnya. SM sudah sangat siap melaju untuk merengkuh gelar juara. Juara NBL Indonesia 2010-2011 dan 2011-2012 tersebut ingin bangkit setelah terpuruk dan gagal menembus semifinal musim lalu.
Dilihat dari komposisi skuad, SM memang memiliki kekuatan yang paling komplet. SM punya big man dan shooter berkualitas yang melimpah.
Salah satu porosnya adalah Rony Gunawan. Pemain tersebut memang spesial. Rony, tampaknya, bisa melakukan apa saja. Bermain di dalam atau luar paint area, center bertinggi 194 cm itu tetap tajam. Tembakan menengah pemain kelahiran Samarinda yang besar di Surabaya itu makin akurat. ''Tetapi, kami harus memperbaiki defense. Kalau lagi kumat, kadang pertahanan kami kendur,'' jelas Rony.
Di Solo, SM sedikit lebih santai. Mereka hanya akan menjalani satu partai berat, melawan CLS Knights Surabaya. Tetapi, justru CLS adalah momok bagi SM. Dwi Haryoko dkk adalah satu-satunya tim yang menodai rekor SM. CLS menekuk SM di seri I Malang dengan skor tipis 79-77.
Selain SM, CLS menjadi tim yang menyapu bersih semua kemenangan di seri Jakarta. Bedanya, lima kemenangan CLS sudah bisa diprediksi. CLS tidak sekali pun berhadapan dengan tim lima besar.
''Jika sapu bersihnya menghadapi tim papan atas, mentalitas kami mungkin akan naik. Tetapi, tim ini mengalami improve. Kami mulai paham satu sama lain,'' kata shooter senior CLS Andrie Ekayana.
Berbeda dengan Jakarta yang merupakan surga, Solo bisa saja menjadi neraka bagi CLS. Di sana, finalis NBL 2010-2011 tersebut akan berjumpa Aspac dan SM. Selain itu, CLS akan melawan Hangtuah Sumsel IM, kuda hitam yang mempermalukan mereka di seri I Malang.
CLS mulai naik dengan semakin mantapnya performa Mario Wuysang. Salah seorang point guard terbaik Indonesia itu mencatat 11,18 poin per game, menjadi pemain tersubur kedua CLS setelah Ekayana (11,91).
''Saya mulai bisa menemukan ritme bermain. Timing sudah bagus. Saya sih tidak terlalu pusing dengan performa pribadi. Terpenting, tim ini bisa menang,'' ucap pemain plontos yang besar di Bloomington, Indiana, Amerika Serikat, tersebut.
Aspac yang kedodoran dengan menelan empat kekalahan di dua seri awal (dua di Jakarta) tentu saja ingin bangkit. Tetapi, itu tidak mudah. Di Solo, Aspac akan kembali melawan Pelita Jaya plus untuk kali pertama berjumpa CLS. (nur/c17/ham)
Komink Merajalela di Seri II
APABILA most valuable player (MVP) hanya didasarkan pada penilaian statistik tanpa voting pelatih yang dilakukan setelah seri II, pemenangnya adalah Ponsianus Nyoman Indrawan. Komink -panggilannya- menguasai empat di antara delapan kategori.
Ya, dia paling unggul dalam rebound, field goal, free throw, dan block. Komink hanya tidak masuk lima besar di tiga kategori, yakni assist, steal, dan three poin. Hal itu wajar karena assist, steal, dan three poin adalah pekerjaan utama point guard atau shooting guard, bukan big man seperti Komink. (nur/c17/ham)
Story Provided by Jawa Pos