POTENSIAL: Rookie Pacific Dicky Satria Wibisono (kiri) dalam kawalan Bima Rizky Ardiansyah dari Bimasakti pada laga pertama, Sabtu (16/11). (Foto: Farid Fandi/Jawa Pos)
Entah mengapa banyak tim yang seolah abai terhadap bakat Dicky Satria Wibisono. Rookie di Speedy NBL Indonesia itu pernah merasa ''tidak laku''. Potensinya akhirnya tercium oleh Pacific Caesar Surabaya yang merekrut dia sebagai rookie musim ini.
AINUR ROHMAN, Surabaya
---
Octaviarro Romely Tamtelahitu, rupanya, sangat tertarik dengan penampilan Dicky Satria Wibisono. Asisten pelatih tim nasional SEA Games 2013 tersebut memberikan apresiasi besar saat rookie Pacific Caesar Surabaya itu menjadi aktor utama kemenangan timnya atas tuan rumah Bimasakti Nikko Steel Malang kemarin 63-58 (16/11).
Ocky -panggilan Octaviarro Romely- yang menonton melalui tayangan livestream.nblindonesia.com memberikan komentar. ''Satria dribble bagus, passing bagus, ini bagus, dan itu bagus. Gak salah orang tuanya kasih nama Satria!'' tulis Ocky di akun Twitter-nya. ''Dan Pacific bisa mulai membangun melalui Satria,'' imbuh pelatih Satria Muda Britama Jakarta musim lalu itu.
Dalam pertandingan kemarin, Rio -panggilan Dicky Satria- memang tampil luar biasa. Dia seolah berada di mana-mana. Shooting guard yang Januari tahun depan berusia 23 tahun itu memberikan sumbangan lengkap dengan 22 poin, lima rebound, dan tiga assist. Rio mencatatkan field goal bagus, yakni 42 persen (8-19) dan tembakan tiga angka akurat hingga 50 persen (4-8).
Tembakan-tembakan tiga angka Rio berhasil mengangkat timnya dan akhirnya membekap Bimasakti yang terus memimpin hingga akhir kuarter ketiga. ''Jangan merasa puas diri dulu. Dia harus menambah pengalaman,'' ucap Eddy Santoso, pelatih Pacific.
Eddy adalah orang di balik kedatangan Rio. Saat menjadi pelatih Jawa Timur di prakualifikasi PON 2012, Eddy yang sering melakukan laga uji coba melawan Universitas Airlangga melihat performa Rio bersama kampusnya. Eddy menilai, dia layak masuk Pacific.
Akhirnya Rio dan rekan setimnya di Unair Priyo Sembodo ditawarkan oleh manajemen Pacific ke Eddy. Mantan pelatih Bimasakti itu mengangguk setuju. ''Saya nilai dia bisa bermain. Saya cocok dengan karakternya,'' paparnya.
Rio sendiri mengatakan sangat puas dengan penampilan perdananya di musim reguler NBL Indonesia. Setelah tampil cukup apik di preseason tournament, Rio siap melanjutkan kiprahnya, bersaing agar Pacific bisa menembus Championship Series (delapan besar) musim ini.
Rio pernah bermain di Developmental Basketball League (dulu Development Basketball League alias DBL). Dia membela tim SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo pada 2007. Timnya tidak juara. Namun, Rio terpilih sebagai pemain favorit via polling SMS.
DBL All-Star mulai terbentuk satu tahun kemudian. Jadi, Rio tidak pernah berkesempatan mencicipi kompetisi untuk memperebutkan satu tempat di DBL All-Star.
''Tidak ada tim yang menawar saya. Mungkin karena dinilai postur saya kecil (178 cm, 74 kilogram). Jadi, Pacific adalah satu-satunya tim yang mau kepada saya,'' ucap Rio.
Dia bersyukur langsung tampil bagus bersama Pacific. Salah satu yang membuat mentalnya sudah terasah adalah Rio matang di kampus. Empat tahun terakhir Rio menjadi tulang punggung Unair. ''Beberapa kali kami menjadi juara Campus League dan sekali ke final four Libamanas (Liga Bola Basket Mahasiswa Nasional),'' tandasnya.
Rio menuturkan bahwa perjalanan masih sangat panjang. Dia harus terus menekan konsistensinya dalam offense maupun defense. Salah satu yang menjadi perhatiannya adalah bagaimana bermain defense dengan bagus.
''Kami memang banyak kekurangan. Seperti pada pertandingan tadi (melawan Bimasakti), kami kecolongan di awal,'' paparnya.
Siap membawa Pacific bersaing menuju Championship Series? ''Insya Allah,'' jawab Rio mantap. (*/c4/ham)
Story Provided by Jawa Pos