TIM SEJARAH: Tim DBL Indonesia All-Star 2013 berpose di tengah lapangan Sleep Train Arena bersama Azrul Ananda (commissioner DBL), Scott Freshour (Sacramento Kings), Gunawan Rustandi (Astra Honda Motor), serta Adbullah Fahmi dan Adam Achmad Dadilah (Telkomsel).(Foto: Hendra Eka/Jawa Pos)
Jumat, 8 November (Sabtu kemarin WIB), adalah hari bersejarah olahraga Indonesia. Pasukan DBL Indonesia All-Star 2013 menjadi tim basket tanah air pertama yang bertanding di stadion NBA!
---
Untuk kali pertama dalam sejarah, ada tim basket Indonesia yang merasakan bertanding di stadion NBA. Di atas lapangan yang sama dengan yang digunakan bintang-bintang paling terkenal di dunia.
Jumat sore lalu (8/11, Sabtu kemarin WIB), tim putri dan putra Developmental Basketball League (DBL) Indonesia All-Star 2013 resmi menjadi tim pertama tersebut.
Mereka bertanding di Sleep Train Arena (dulu Arco Arena), kandang klub NBA Sacramento Kings. Lawannya: Natomas Basketball Club, salah satu tim seusia (anak-anak SMA juga) di Sacramento.
Dijadwalkan bertanding mulai pukul 16.00, pasukan DBL All-Star sudah tiba sekitar 30 menit sebelumnya. Walau Sleep Train Arena tergolong stadion terkecil di NBA, tetap saja suasananya membuat para pemain terkagum-kagum dengan arena berkapasitas sekitar 17 ribu penonton tersebut.
Apalagi, saat anak-anak DBL All-Star masuk, semua lampu dinyalakan. Serta, scoreboard yang menggantung di atas juga dinyalakan, walau sebatas untuk kebutuhan informasi poin dan data pertandingan lain (tanpa layar LED).
'Saya sama sekali tidak pernah membayangkan benar-benar akan bermain di sini,' kata Nadya V. Gumanti, guard asal SMAN 3 Jakarta.
Commissioner DBL Azrul Ananda juga geleng-geleng kepala atas rencana dan harapan yang benar-benar menjadi kenyataan ini.
'Saya dulu waktu kuliah di Sacramento hanya mampu beli tiket termurah di baris paling atas. Sekarang bisa membawa anak-anak Indonesia bertanding di atas lapangannya. Kalau saya saja merinding, saya tidak bisa membayangkan seperti apa perasaan anak-anak ini,' ucapnya.
Center tim putra, Adhitya Kusuma Aghystha (SMAN 116 Jakarta), juga mengaku sempat grogi akan melangkahkan kaki di atas lapangan kayu Sleep Train Arena.
'Saya bermain di tempat yang sama, yang pernah menjadi tempat bermain para legenda NBA. Saya bermain di lapangan yang sama dengan Michael Jordan,' ungkap Adhit, panggilan akrabnya.
Gedung itu memang menjadi kandang Kings sejak 1988, hanya tiga tahun setelah tim tersebut pindah dari Kansas City. Sejak 1988 itu pula, para bintang NBA pernah mampir ke situ, dan bertanding di situ.
Termasuk Michael Jordan, seperti yang diucapkan Adhit. Begitu pula dengan bintang-bintang terkini seperti Kobe Bryant, Kevin Durant, serta LeBron James.
Menurut jadwal, pada pukul 16.00, tim putri akan bertanding duluan. Sebelumnya, seluruh pasukan DBL All-Star berfoto bersama di tengah lapangan, di belakang logo besar Kings.
Seluruh pemain dan pelatih, plus Azrul Ananda, Scott Freshour (manager entertainment Kings), serta perwakilan partner penyelenggara kompetisi di Indonesia. Yaitu, Gunawan Rustandi (Astra Honda Motor) serta Abdullah Fahmi dan Adam Achmad Fadilah dari Telkomsel.
Debut Indonesia di lapangan NBA juga berawal manis. Tim putri DBL All-Star menang telak, 50-8!
Melihat tim lawan memiliki postur besar dan 'kuat', para pemain putri DBL All-Star mengaku sempat sedikit terintimidasi.
'Awalnya seram juga lihat postur-postur lawan. Besar-besar banget,' ujar Nazhiira Nadia Iskandar dari SMAN 3 Jakarta.
Namun, setelah pertandingan melewati 10 menit babak pertama (pertandingan SMA di Amerika memakai sistem 2 x 20 menit), DBL All-Star mulai mendominasi.
Semua bermain begitu lepas, begitu tenang, begitu kompak. 'Kemenangan ini berkat permainan kompak teman-teman,' ungkap Ida Ayu Nirmala Ratih Wijaya dari SMAN 1 Denpasar. 'Saya rasa, tadi kami bermain dengan hati, dan semua terlihat happy di lapangan,' tambahnya.
Nirmala sore itu mencetak poin terbanyak, total 9 poin. Gerakan-gerakan atraktifnya, baik saat dribble maupun passing, sampai membuat para wasit ikut geleng-geleng kepala.
Bila tim putri meraih kemenangan mudah dan telak, tidak demikian dengan tim putra. Pertandingan putra jauh lebih seru, jauh lebih ketat, jauh lebih mendebarkan.
Pada babak pertama, tim putra DBL All-Star sempat tertinggal 11 poin! Postur lawan yang lebih besar dan panjang (serta jago tembak jarak jauh) sempat merepotkan pada awal pertandingan.
Dengan semangat menggila, tim DBL All-Star mengejar. Strategi agresif Natomas mampu diantisipasi dengan baik oleh pelatih tim putra, Ateng Sugijanto (SMA IPH Surabaya).
Coach Ateng menempatkan Adhit dan Rivaldo Tandra Pangesthio (SMA St Petrus Pontianak) di bawah ring dan menarik tiga small men untuk bertahan lebih ke dalam. Walau berisiko mendapat tembakan dari luar, strategi itu efektif meredam dua big man dan agresivitas guard Natomas yang selalu ingin melakukan penetrasi.
Kuarter kedua berjalan lebih alot. Adhit benar-benar menjadi benteng yang sangat sulit ditembus para pemain Natomas. Dalam satu kesempatan, Adhit bahkan melakukan blok keras dan bersih kepada pemain andalan Natomas, Jamey Morgan. 'Pemain nomor 11 (Adhit) benar-benar membuat saya kesulitan,' ujar Morgan. 'Saya bahkan sempat shock mendapat blok bersih dari dia tadi.'
Delapan menit setelah babak kedua berjalan, DBL All-Star mendapat momentum untuk bangkit. Selalu tertinggal sejak menit pertama, sebuah tembakan tiga angka dari Liem Indra Wijaya membuat skor sama di angka 36.
Setelah saling membalas mencetak angka, tembakan dua angka dari Liem Indra (SMA Theresiana 1 Semarang) akhirnya membawa keunggulan terbesar DBL All-Star, 43-40.
Saat itu, pertandingan hanya sisa 4 menit.
Sayang, pada saat-saat genting, tim DBL All-Star banyak melakukan turnover. Natomas merangkak perlahan lewat tembakan-tembakan bebas.
Tertinggal hanya satu angka 50-49 di sisa 23 detik waktu pertandingan, DBL All-Star mendapat kesempatan emas untuk menambah angka (kembali) melalui Liem Indra. Sayang, pemain asal SMA Theresiana 1 Semarang tersebut gagal menangkap umpan fastbreak yang sangat berpotensi menambah angka.
Natomas akhirnya menutup laga dengan tambahan dua angka melalui empat kali freethrow pada detik-detik akhir, hasil dua kali foul pemain DBL All-Star.
Skor akhir pun 52-49 untuk Natomas.
'Anak-anak Indonesia ternyata sangat atletis. Saya sama sekali tidak menyangka itu. Apalagi, mereka bermain basket dengan sangat baik,' puji Glen Basped, kepala pelatih Natomas. 'Pergerakan bola mereka sangat baik, pertahanan mereka sangat solid. Saya agak menyesal karena sempat meremehkan mereka di awal.'
Liem Indra menjadi pencetak angka terbanyak pada laga tersebut dengan total 22 poin. Rivaldo menyusul dengan total enam angka.
Coach Ateng, yang memarahi timnya meskipun menang ketika menghadapi South Tahoe High School Rabu lalu (6/11), kini memberikan komentar sebaliknya, walaupun kalah.
'Game-nya bagus. Saya lihat anak-anak sudah bekerja keras dan itu baik,' puji Coach Ateng. 'Tapi, memang pada awal tadi sepertinya anak-anak sedikit minder dengan postur dan pemanasan tim lawan yang melakukan slam dunk beberapa kali.'
'Itu tadi mungkin pertandingan terakhir saya bersama anak-anak ini. Saya lihat mereka sangat berpotensi. Mereka memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda dengan anak-anak Amerika. Semoga mereka mau belajar dari kekalahan dan kesalahan yang telah mereka lalui, serta dari hasil evaluasi kita bersama selama ini,' ujar Coach Ateng mengakhiri komentarnya.
Kekalahan tim putra tersebut memang cukup menyakitkan. Mengingat, itu adalah pertandingan terakhir DBL Indonesia All-Star 2013. Tahun depan, kompetisi pelajar SMA terbesar itu akan kembali bergulir, untuk mencari lagi tim All-Star 2014.
Menurut Azrul Ananda, sulit membayangkan bisa mengalahkan kehebohan tim dan tur 2013 ini.
'Di satu sisi, kami tentu kecewa dengan peluang menang yang terbuang di laga terakhir. Tapi, di sisi lain, apa pun hasilnya, tim DBL All-Star 2013 sudah mencatat sejarah. Merekalah tim Indonesia pertama yang bertanding di stadion NBA. Seumur hidup, tidak akan ada yang bisa mengambil itu dari mereka,' tegasnya.
'Tahun depan, seperti yang selalu kami upayakan setiap tahun, kami akan berusaha membuat program yang lebih baik. Tim yang lebih hebat lagi, perjalanan yang lebih baik lagi. Apakah bisa seheboh tahun ini? Entahlah. Tapi, kami akan selalu mencoba,' pungkas Azrul.
Dengan berakhirnya pertandingan di Sleep Train Arena itu, praktis rombongan DBL All-Star hanya punya sisa waktu sehari untuk menikmati Amerika.
Sabtu (9/11, Minggu pagi ini WIB), rombongan akan menjalani hari yang santai, yang diharapkan sangat menyenangkan. Setelah jalan-jalan dan berbelanja di Vacaville Outlet (dekat Sacramento) dan mengunjungi kampus terkenal University of California (UC) Davis, rombongan bakal kembali ke Sleep Train Arena saat sore.
Bedanya, sore itu mereka akan menjadi penonton, menikmati serunya suasana pertandingan resmi NBA antara Sacramento Kings melawan Portland Trail Blazers.
Minggu pagi (10/11, Senin WIB), mereka sudah akan kembali ke San Francisco, untuk siangnya terbang pulang ke Indonesia. (bersambung)
Story Provided by Jawa Pos