PELAJARAN BERHARGA: Rombongan tim DBL All-Star keluar dari gedung The Well saat berkunjung ke California State University Sacramento. (Foto: Hendra Eka/Jawa Pos)
Tim DBL Indonesia All-Star 2013 kembali dapat ilmu basket. Kali ini dari mantan juara WNBA dan pemegang dua medali emas Olimpiade. Setelah itu, mengunjungi kampus commissioner DBL dan makan di tempat dia dulu bekerja sebagai pelayan.
---
Laporan : Rosyidan Mainbasket Hendra Eka, dari Sacramento
PELAJARAN basket dari orang hebat kembali didapatkan rombongan Developmental Basketball League (DBL) Indonesia All-Star 2013 di Sacramento, ibu kota Negara Bagian California
Selasa lalu (4/11), para pemain dan pelatih SMA pilihan dari berbagai penjuru Indonesia itu dapat ilmu dari Henry Turner, mantan pemain klub NBA Sacramento Kings.
Kamis lalu (7/11), mereka ganti dapat pelajaran seru dari Ruthie Bolton. Mantan pemain WNBA di klub Sacramento Monarchs itu punya prestasi luar biasa selama karirnya.
Saat masih kuliah, dia ikut meraih medali emas dalam kompetisi antar-universitas sedunia yang diadakan di Inggris. Sebelum WNBA dimulai pada 1997, dia membantu tim nasional AS meraih medali emas dalam Olimpiade Atlanta 1996. Bolton lantas mengulang prestasi serupa pada Olimpiade Sydney 2000.
Saat klinik basket ini, Bolton dibantu Lineni Noa Keil, seorang personal trainer yang juga melatih basket para pemain SMA hingga tingkat NBA dan WNBA.
Bila dari Henry Turner anak-anak DBL All-Star dapat penekanan kembali pentingnya latihan fundamental, dari Bolton, mereka dapat teknik-teknik baru untuk meningkatkan kemampuan.
Khususnya yang terkait dengan defense dan ball handling. Bolton mampu membuat pemain DBL All-Star kesulitan sekaligus penasaran. Misalnya, saat harus melakukan push-up dengan menggunakan dua bola basket. Ketika Bolton melakukan, tampaknya mudah. Ketika anak-anak DBL All-Star mencoba, ternyata sulitnya minta ampun!
''Banyak pengalaman baru setelah diajar Ruthie,'' ungkap Gabriel Jorge Josua Senduk dari SMA Lokon St Nikolaus Tomohon.
Di sisi lain, Bolton mengaku dapat kegembiraan tersendiri bertemu para pemain DBL All-Star. Beberapa kali dia terlihat tertawa lepas melihat aksi para pemain. Yaitu, ketika mereka sulit menirukan gerakan yang dia lakukan.
''Dalam latihan singkat tadi, saya ingin menanamkan pola pikir yang sangat penting kepada para pemain DBL All-Star. Saya ingin mereka mampu berpikir untuk selalu bekerja keras dan selalu memberikan yang terbaik,'' ujar perempuan 46 tahun tersebut. ''Jika mereka memiliki modal ini, kemampuan bermain basket mereka akan sangat bagus,'' tandas Bolton.
---
Setelah berlatih sekitar dua jam bersama Ruthie Bolton, rombongan DBL All-Star langsung diboyong ke California State University Sacramento, atau yang lebih akrab disebut ''Sac State''. Mereka dijadwalkan makan siang di situ, sekaligus melihat dan merasakan kehidupan kuliah di Amerika Serikat.
Bagi Azrul Ananda, commissioner DBL, kunjungan tersebut juga ekstraspesial. Sebab, di kampus itulah dia dulu belajar, lulus jurusan International Marketing pada Desember 1999.
Di kampus itu pula, Scott Freshour - manager entertainment Sacramento Kings yang membantu program DBL All-Star di California - lulus sekitar lima tahun kemudian.
Lulusan terkenal lain dari Sac State? Ada Tom Hanks, aktor superkondang peraih piala Oscar!
''Selamat datang di rumah, Azrul dan Scott,'' kata Freshour menyambut rombongan begitu turun dari bus.
Sebelum tur kampus, rombongan makan siang di Dining Commons, kafetaria khusus untuk warga kampus yang tinggal di dormitory.
Bagi Azrul, lagi-lagi ini sangat spesial. Sebab, ketika kuliah dulu, di Dining Commons inilah dia bekerja. ''Tiap hari beda-beda. Kadang melayani bagian makanan, kadang membantu chef di dapur, kadang membersihkan meja dan ruangan. Kadang pula bagian cuci piring,'' ungkap Azrul, yang mengaku bekerja karena saat kuliah dulu Indonesia (dan Asia) sedang dilanda krisis ekonomi.
''Aneh juga rasanya datang makan di sini. Sebab, bos saya dulu masih di sini sekarang, dan beberapa rekan kerja juga masih di sini. Dan saya masih hafal setiap sudut ruangan dan bagaimana membongkar serta membersihkan semua peralatan di sini,'' ujarnya.
Freshour pun punya kesan manis di Dining Commons. Dia dulu tinggal di dormitory dan setiap hari makan di kafetaria tersebut. Di kawasan itu pula dulu dia bertemu Yolanda, teman kuliah yang kini menjadi istrinya.
''Setiap ulang tahun pernikahan, kami selalu piknik di sekitar sini, mengenang tempat kami bertemu dulu,'' ceritanya.
Karena rombongan terkenal suka makan, Dining Commons menjadi tempat yang cocok. Maklum, menunya sangat beragam, dan di sana makannya all you can eat alias bebas tambah sekenyangnya!
Setelah makan, rombongan dijemput Caroline Peretti, dari departemen International Admissions (yang mengurusi pelajar-pelajar internasional di Sac State).
Peretti lantas mengantar rombongan untuk tur kampus. Menunjukkan gedung-gedung utama, termasuk menjawab pertanyaan-pertanyaan soal sekolah di Sac State.
''Kampus ini memiliki 29 ribu pelajar. Sekitar 40 persen kulit putih dan 21 persennya keturunan Asia. Sebanyak 2 persen juga terdaftar sebagai international student, yang bisa datang dari mana saja di dunia,'' jelasnya. ''Salah satu ciri utama kampus ini adalah pohon. Total di kampus ini ada lebih dari 3.000 pohon!'' tegas Peretti.
Dasar anak-anak basket, bagian paling disukai tentu yang berkaitan dengan olahraga. Kebetulan, Sac State punya fasilitas baru yang supercanggih, bernama The Well (dari kata Wellness atau kesehatan jasmani dan rohani).
Pada dasarnya, The Well adalah fasilitas yang berisi berbagai kebutuhan kesehatan dan kebugaran warga kampus. Mulai optik, dokter gigi, dan beberapa pelayanan kesehatan lain.
Bagian utamanya adalah fasilitas-fasilitas olahraga untuk warga kampus. Mulai fasilitas fitness, jogging track indoor, beberapa lapangan basket indoor, tembok untuk rock climbing, dan sebagainya.
Gedung itu juga dilengkapi kantin serta sebuah toko sepeda!
Di sebelahnya adalah stadion football (bangunan lama) serta lapangan ekstra untuk latihan.
Yang membuat rombongan terkagum-kagum, seluruh fasilitas tersebut gratis untuk warga kampus, sedangkan untuk alumni ada diskon khusus, dan masyarakat umum dikenai biaya keanggotaan USD 30 (sekitar Rp 330 ribu) per bulan.
Semua alat di The Well adalah yang termutakhir. Banyak alat di ruangan cardio, misalnya, yang punya dua fungsi. Pertama, tentu saja membantu pemakainya membakar kalori. Kedua, semua gerakan yang mereka lakukan menghasilkan daya listrik, yang kemudian disimpan dan digunakan untuk kebutuhan gedung!
''Kami bercanda, kalau listrik sedang mati, suruh saja semua untuk memakai mesin di ruang cardio. Lampu pasti menyala,'' ucap Azrul.
Bangunan itu juga memenuhi standar ramah lingkungan lain. Keramik lantainya dibuat dari hasil daur ulang botol-botol bir. Papan tulisan di tembok-temboknya diolah dari kulit kwaci! ''Rencananya, ada pembangunan ekstensi The Well dalam beberapa tahun ke depan,'' ucap Peretti.
Sayangnya, selama di dalam The Well, rombongan tidak diizinkan mengambil foto atau video. Alasannya, melindungi privacy orang-orang yang sedang berada di dalamnya.
Sebelum pergi, rombongan mengunjungi pula Student Union, tempat warga kampus nongkrong dan bergaul. Tidak ketinggalan mengunjungi bookstore sekaligus merchandise store.
Sesuai janji setelah meraih kemenangan di South Lake Tahoe, Azrul membelikan seluruh pemain dan pelatih kaus bertulisan Sacramento State. ''Kampus saya ini bukanlah yang paling mewah atau paling terkenal, tapi suasananya sangat nyaman. Saya lulus di sini, dan saya bukan orang yang buruk bukan? Hehehe...'' canda Azrul.
Para pemain mengaku sangat menikmati suasana santai dan tenang di Sac State. ''Kampusnya keren banget. Apalagi fasilitas di The Well tadi. Sangat-sangat luar biasa,'' komentar Shamgar Galed Laransedu, dari SMA Trinitas Bandung.
---
Tidak terasa, hari-hari kunjungan rombongan DBL All-Star di California begitu cepat berlalu. Setelah kunjungan di Sac State tersebut, praktis hanya tinggal dua hari yang tersisa.
Jumat (8/11), rombongan dijadwalkan mengikuti latihan pagi lagi dengan pelatih top. Siangnya istirahat, karena sorenya akan mencatat sejarah, menjadi tim basket Indonesia pertama yang bertanding di atas lapangan NBA. Mereka akan bertanding melawan Natomas Basketball Club di Sleep Train Arena (dulu Arco Arena), kandang Sacramento Kings!
Sabtunya (9/11) adalah hari terakhir yang santai. Penuh dengan jalan-jalan dan belanja, plus menonton pertandingan NBA antara Sacramento Kings melawan Portland Trail Blazers.
Minggu pagi (10/11), semua langsung menuju San Francisco, karena siangnya sudah terbang kembali ke tanah air... (bersambung)
Story Provided by Jawa Pos