BELAJAR: Mantan pemain Sacramento Kings Henry Turner memberikan arahan kepada Cakrawala Satria Ariawan dari SMAN 3 Jakarta. (Foto: Hendra Eka/Jawa Pos)
Hari pertama di Sacramento, DBL Indonesia All-Star punya jadwal full. Dapat materi latihan dari pelatih NBA, menengok sebuah sekolah dasar, plus mengunjungi "kota lama" di ibu kota California tersebut.
---
Laporan : Rosyidan Mainbasket Hendra Eka, dari Sacramento
SETELAH seharian jalan-jalan di San Francisco, Selasa lalu (5/11) rombongan Developmental Basketball League (DBL) Indonesia All-Star 2013 mendapatkan jadwal aktivitas full di Sacramento. Di ibu kota Negara Bagian California tersebut, para pemain dan pelatih SMA pilihan dari berbagai penjuru Indonesia itu mendapatkan beberapa pengalaman penting.
Pelajaran tentang basket, pemahaman tentang kondisi sekolah di Amerika, plus jalan-jalan di salah satu objek wisata utama di Sacramento.
Selasa pagi itu ada jadwal latihan penting bagi tim. Mereka akan mendapatkan pelajaran dari Henry Turner, seorang local legend, mantan pemain NBA dari klub Sacramento Kings.
Mengikuti "aturan tak tertulis" di Amerika, rombongan datang 30 menit lebih cepat dari jadwal di tempat latihan, di gym Destiny Christian Church. Di Negeri Paman Sam, kalau latihan dimulai pada pukul tertentu, itu maksudnya latihan benar-benar dimulai. Pemanasan sudah harus dilakukan sebelumnya (dipimpin tim pelatih DBL All-Star). Karena itulah, rombongan datang lebih cepat.
Benar saja, Henry Turner datang tepat waktu (pukul 10.00). Mengenakan training hitam, kaus hitam, serta topi berlogo Sacramento Kings, Henry langsung menyapa serta disambut antusias oleh para pemain dan pelatih DBL All-Star.
Tanpa banyak membuang waktu, Henry langsung memberikan materi fundamental basket. Pemain yang dulu juga pernah melanglang buana ke berbagai negara Eropa itu langsung cair dan berbaur dengan para pemain.
"Berlatih bersama Henry Turner sangat seru dan menyenangkan," ungkap Rioga Deswara, point guard yang berasal dari SMA Cendana Pekanbaru. "Awalnya saya sempat bingung dengan beberapa instruksi, tapi lama-lama bisa juga," tambahnya.
Materi-materi latihan yang diberikan Henry memang tidak begitu sulit. Dia hanya menekankan lagi penguasaan dan pendalaman teknik-teknik fundamental. Hal itu ditekankan lagi oleh Henry seusai sesi latihan. "Para pemain DBL All-Star harus menyadari pentingnya fundamental basket. Jika ingin berhasil, mereka harus terus konsisten melatih fundamental basket mereka," tutur pria 47 tahun tersebut.
Walau hanya memberikan materi fundamental basket, alur serta level materi yang diberikan Henry meningkat bertahap dan diterima dengan baik oleh para pemain. Awalnya ringan, lalu agak berat, berat, dan diakhiri dengan game free throw conga yang berlangsung penuh canda dan tawa. Henry yang ikut berpartisipasi dalam free throw conga mengakui kekalahannya ketika harus tersingkir saat hanya tersisa tiga pemain.
"Saya sangat menikmati waktu berlatih bersama para pemain DBL All-Star. Apalagi permainan di akhir latihan tadi, mereka berhasil mengalahkan saya," aku Henry. "Para pemain juga mampu menerima materi dengan cepat meskipun ada sedikit kesalahan-kesalahan yang harus dibenahi."
Walau fundamental, para pemain mengaku tetap mendapatkan sesuatu dari sesi tersebut.
"Materi yang diberikan Henry sebenarnya sudah pernah saya terima dari pelatih saya di Denpasar," ungkap Ida Ayu Nirmala Ratih Wijaya, pemain asal SMAN 1 Denpasar. "Tapi, cara penyampaian dia memang menyenangkan. Tadi saya sempat juga kesulitan mengikuti beberapa instruksinya. Untung Henry sabar menuntun saya."
Henry menutup latihan singkat bersama para pemain DBL All-Star dengan acara foto bersama. Sebelum melakukan foto bersama, Henry menerima kenang-kenangan berupa kemeja batik yang diserahkan kapten tim putra Rivaldo Tandra Pangesthio.
Selain para pemain DBL All-Star, para pelatih juga mengaku memetik pelajaran berharga dari latihan bersama Henry. Salah satunya asisten pelatih tim putra Jap Ricky Lesmana yang juga melatih SMA Bukit Sion Jakarta.
"Saya sangat mengagumi cara Henry memberikan materi kepada para pemain. Materi yang sebenarnya sudah kami ketahui bersama mampu dia buat menjadi menarik dan tidak terkesan terlalu dipaksakan kepada para pemain," puji Jap Ricky tentang cara Henry melatih. "Fun tapi serius. Saya rasa itu pelajaran paling berharga yang saya petik dari cara Henry melatih," lanjutnya.
Henry Turner yang sering memberikan basketball training kepada remaja-remaja di Sacramento akhirnya pamit dan memberikan semangat kepada para pemain DBL All-Star.
"Saya harap kalian selalu bermain dengan penuh semangat dan dapat memenangi pertandingan melawan pemain-pemain dari South Tahoe High School besok," ucap Henry sebelum berpamitan dengan para pemain DBL All-Star.
Rabu (6/11) DBL All-Star memang dijadwalkan menjalani pertandingan pertama selama di Amerika. Yaitu ketika mengunjungi SMA South Tahoe, di kawasan wisata yang sangat kondang, sekitar tiga jam naik mobil dari Sacramento.
---
Selepas latihan, para pemain DBL All-Star menyempatkan diri singgah ke Stone Gate Elementary School. Sebuah sekolah dasar yang terletak berdekatan dengan Destiny Christian Church, di kawasan barat Sacramento.
Kunjungan ke sekolah dasar itu didampingi Scott Freshour, entertainment manager dari tim NBA Sacramento Kings, yang ikut mengatur program kunjungan DBL All-Star selama di California. "Kenalkan semua, ini Yolanda Freshour, istri saya," ucap Scott kepada para pemain DBL All-Star. Yolanda yang tengah mengajar tampak tersipu malu.
Ya, istri Scott memang bekerja sebagai guru di sekolah tersebut.
Walau kunjungan itu terbilang singkat, para pemain DBL All-Star sempat menyanyikan lagu Happy Birthday untuk salah seorang siswa. "Kunjungan yang sangat singkat, namun sangat berkesan," ujar Yolanda ketika tim DBL All-Star berpamitan.
Setelah mengunjungi Stone Gate Elementary School, para pemain DBL All-Star yang perutnya mulai keroncongan menuju Old Sacramento. Old Sacramento adalah kota tua cikal bakal berdirinya kota modern sekaligus ibu kota Negara Bagian California tersebut. Selain menyaksikan keindahan bangunan-bangunan tuanya, kunjungan ke Old Sacramento memiliki tujuan lain, yaitu menikmati masakan khas Indonesia.
Indo Cafe adalah sebuah restoran kecil di salah satu sudut Old Sacramento. Restoran ini menjadi pengobat kerinduan para pemain DBL All-Star yang sudah sangat kangen dengan masakan Indonesia (walau baru beberapa hari di Amerika).
Unik memang, di tengah keindahan kota tua Sacramento, terselip sebuah restoran masakan Indonesia yang selama bertahun-tahun sudah eksis dan dikenal warga Sacramento.
"Selamat datang semuanya," sambut Tessa Scaief, pemilik Indo Cafe. Tessa saat itu ikut turun melayani para pemain DBL All-Star. Dia menyajikan menu nasi kuning dan nasi uduk spesial yang langsung disantap dan ludes oleh para pemain.
"Kami memang sangat menjaga cita rasa masakan di Indo Cafe. Cita rasa yang orisinal dan tidak instan membuat banyak pelanggan kembali lagi dan mulai jatuh cinta pada masakan Indonesia," imbuh Tessa yang lahir dan besar di Tegal, Jawa Tengah.
Dari Old Sac, perjalanan hari itu berakhir di Roseville Galleria, sebuah mal besar dan kompleks perbelanjaan yang sangat luas di Sacramento. Seperti biasa, sesi belanja-belanja selalu menjadi bagian yang paling membuat heboh para pemain DBL All-Star. "Saya akhirnya menemukan sepatu yang saya inginkan," ungkap Dara Tahirah Sudrajat, center asal SMAN 2 Bandung. "Kalau dompet ini oleh-oleh untuk mama," tambahnya.
Kembali ke hotel sekitar pukul 20.00, para pemain langsung diminta istirahat maksimal. Maklum, Rabu pagi-pagi (pukul 06.30) mereka sudah harus naik bus menuju South Lake Tahoe. Selain mengunjungi SMA dan bertanding dengan tim basket di sana, kalau cuaca mengizinkan, anak-anak DBL All-Star akan bisa menikmati serunya bermain salju! (bersambung)
Story Provided by Jawa Pos