Hillery Bernassa (kanan) dari SMAN 4 Jogjakarta mendapatkan salam perpisahan usai ia tercoret dari tim DBL Indonesia All Star 2013. (FOTO: HENDRA EKA/JAWA POS)
SOLO - DBL International Challenge 2013 berakhir tadi malam di Sritex Arena, Solo. Bersamaan dengan itu, berakhir pula seleksi skuad inti Development Basketball League (DBL) Indonesia All-Star 2013 yang akan belajar dan bertanding basket di California, Amerika Serikat.
Tadi malam (1/11) diumumkan 12 pemain putra dan 12 pemain putri yang akan mengisi skuad inti DBL All-Star. Mereka adalah perampingan dari 14 pemain putra dan 14 pemain putri yang sebelumnya diumumkan menjadi kandidat pada 4 Juli lalu bersamaan dengan berakhirnya DBL Camp.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini tahap penentuan DBL All-Star ditambah. Jika sebelumnya sudah ada skuad inti bersamaan dengan DBL International Challenge, kini di ajang itu masih dilakukan seleksi.
"Format baru ini kami buat agar kompetisi antar pemain makin kompetitif dan mereka bisa menunjukkan skill terbaik sebelum berangkat ke Amerika. Sebab, kami ingin pemain yang diberangkatkan ialah pemain yang benar-benar layak untuk diberangkatkan," ungkap Puji Agus Santoso, basketball operations senior manager PT DBL Indonesia.
Marlina Herawan, head coach tim putri DBL All-Star, mengatakan bahwa pemilihan 12 pemain terbaik merupakan seleksi yang panjang. "Sejak DBL Camp selesai, kami telah memberikan tugas bagi setiap pemain untuk terus menjaga kondisi fisiknya. Sejak saat situ, kami mulai menilai," papar Marlina.
"Hal yang tidak mudah bagi kami memilih 12 pemain yang berangkat ke Amerika. Sebab, semua tampil begitu kompetitif selama training camp dari 22 Oktober lalu di Solo," lanjut Marlina.
Saat pengumuman tadi malam, empat pemain yang tidak lolos seleksi dipanggil. Mereka adalah dua pemain putra Sutiyo Sanjoyo (SMA Kolese Loyola Semarang) dan Ervin Maulana (SMAN 5 Tangerang) serta dua pemain putri Dhasynta Winaomi (SMA YPK Bontang) dan Hillery Bernassa (SMAN 4 Jogjakarta).
"Paling tidak, saya punya pengalaman sejak DBL Camp hingga laga melawan Gold Coast untuk dibagi bersama teman saya di Tangerang," kata Ervin.
Sementara itu, lolosnya Putu Quentin, Marvanico Tjoktrosoeharto, dan Christie Apriyani memunculkan kebahagiaan tersendiri. Sebab, tiga pemain tersebut tahun lalu gagal berangkat ke Amerika dan hanya" masuk DBL Selection yang berangkat ke Australia. Itu berarti empat pemain tersebut saat ini naik kelas" hingga lolos ke Amerika.
Perjuangan Putu Quentin patut diapresiasi lebih. Sebab, untuk lolos ke Amerika, dia memerlukan jalan yang panjang. Saat DBL Camp, dia gagal menembus 24 besar. Quentin pun harus berjuang agar menjadi dua pemain terbaik dari DBL Camp Tournament. Bersama Liem Indra, Hillery Bernassa, dan Putriana Dwi, Quentin lolos dari DBL Camp Tournament untuk masuk daftar 14 kandidat DBL All-Star.
Sebagai catatan, DBL Camp diikuti 247 Student Athlete dari 25 kota, 22 provinsi di Indonesia. Mereka menjalani serangkaian program untuk meningkatkan kemampuan sekaligus seleksi pada Juli lalu di Surabaya. "Sangat membanggakan sekali bisa berangkat ke Amerika. Saya akan belajar banyak di sana," ungkap pelajar asal SMA Santo Yoseph Denpasar itu.
Ada empat pemain yang tahun lalu lolos ke Amerika dan sekarang kembali terpilih. Mereka adalah Vincensia Vinni, Calista Elvira, Kadek Rima Anggen Suari, dan Rivaldo Tandra Pangesthio. Tahun ini merupakan tahun terakhir mereka bersama DBL. Sebab, tahun depan empat pemain tersebut akan lulus dari bangku SMA. (has/c17/ang)
Story Provided by Jawa Pos