NEWS


nblindonesia.com - 16/08/2013
Direktur FIBA Sharing dengan Wasit-Pelatih NBL

JAKARTA - Kesempatan langka didapat para wasit dan pelatih NBL Indonesia. Mereka bisa sharing dan berdiskusi bareng dengan Sporting Director FIBA Lubomir Kotleba yang datang langsung dari Swiss. Kotleba berada di Jakarta dua hari pada Rabu (14/8) dan kemarin (15/8).

Selama di Jakarta, Kotleba bertemu dengan pelatih NBL dan sejumlah wasit basket di Indonesia. Acara yang paling seru terjadi pada hari pertama kedatangan Kotleba. Sekitar 20 wasit plus sejumlah pelatih liga basket teratas itu bertemu di lantai 19 gedung Komite Olimpiade Indonesia (KOI).

Pelatih NBL yang menghadiri acara bertajuk Perbasi-NBL Referee Clinics 2013 itu, antara lain, Antonius Joko Hendratmo (asisten pelatih Aspac), Rastafari Horongbala (head coach Aspac), Antonius Puah (manajer Stadium Jakarta), Raoul Miguel Hadinoto (head coach Tomang Sakti Mighty Bees dan timnas basket putri), dan Tjetjep Firmansyah (head coach timnas basket putra).

Sejumlah wasit basket senior juga ikut. Antara lain, Abdul Rozaq dan wasit yang memimpin game final FIBA Asia di Filipina Minggu lalu (11/8) Harja Jaladri. Dari kalangan pemain, tampak hadir guard Aspac Mario Gerungan.

Kotleba tidak hanya menjelaskan aturan dan persepsi yang selama ini tidak banyak orang tahu, tapi juga tentang filosofi dalam memimpin game bagi wasit. Dia juga mengingatkan pelatih bahwa protes diperbolehkan selama tidak bernuansa personal attack.

''Pelatih selalu berpikir bagaimana memenangi pertandingan dengan cara-cara yang mungkin. Sedangkan wasit berpikir bagaimana dua tim sama-sama memiliki kesempatan untuk menang. Both are acceptable but not compatible,'' katanya.

Kotleba juga mengatakan bahwa menjadi wasit terbaik tidak berarti menghafalkan semua aturan. Tapi, ada yang lebih penting dari itu, yakni bagaimana me-manage game. ''Wasit akan selalu dianggap bersalah oleh pelatih jika keputusan mereka merugikan tim. Tapi, pelatih akan diam jika keputusan wasit menguntungkan mereka. Itulah yang terjadi,'' katanya.

Karena itu, kata dia, dua pihak yang berada pada titik ''oposisi'' itu perlu menyamakan persepsi. Salah satu yang menjadi pertanyaan, bilamanakah bola boleh dipegang jika sudah ditembak dan meluncur menuju ring.

Persepsi wasit dan pelatih selama ini bahwa bola yang menempel ring tidak boleh dipegang. Kotleba menjelaskan bahwa saat menempel di ring, bola tetap boleh disentuh. ''Akhirnya kami menjadi tahu. Sebab, kami ini bertemu langsung dengan yang membuat peraturan,'' kata Abdul Rozaq.

Kotleba menjelaskan bahwa pelatih boleh memprotes keputusan wasit. Protes biasanya sesuai dengan derajat ''kesalahan'' wasit. Jika kesalahannya terlalu fatal, biasanya protes akan sangat berapi-api. (aga/c4/ang)

Story Provided by Jawa Pos

Share this:
DBL Indonesia Jawa Pos li-ning Safe Care Prambors FM Info BDG Event Jakarta Sony Mainbasket Wing.Stop Mitra Net Indomaret Perbasi Indika FM IndiHome Honda Prospect Motor Tolak Angin Sido Muncul Markplus Hardrock FM OZ FM
 

National Basketball League Indonesia | Contact Us
Copyright © 2010 PT DBL Indonesia, All rights reserved.
Any commercial use or distribution without the express written consent of DBL Indonesia is strictly prohibited.