JAKARTA - Meski tertatih-tatih dari segi pendanaan, timnas basket putri tetap teguh menatap SEA Games 2013 Myanmar. Mereka kini mewaspadai dua negara yang bakal menjadi rival terberat di ajang dua tahunan tersebut. Dua negara itu adalah tuan rumah Myanmar dan Thailand.

"Myanmar kini gencar naturalisasi pemain. Terakhir mereka menaturalisasi lima pemain. Mungkin jumlahnya bertambah. Kekuatan Thailand juga terus meningkat," kata manajer pelatnas basket putri Hasan Gozali di sela-sela uji coba timnas di Hall Basket, Senayan, kemarin (13/8).

Adapun Filipina, menurut Hasan, sudah mencapai performa puncak pada SEA Games 2011. Karena itu, dia tidak yakin juara bertahan tersebut menemukan momen puncak kembali di agenda multievent yang digelar Desember mendatang itu.

Untuk Malaysia, Hasan menilai negeri tetangga itu sedang menghadapi persoalan regenerasi. Mereka agak kesulitan setelah Petronas, BUMN-nya Malaysia, tak lagi mendanai tim. Situasi bertambah sulit karena mereka tidak punya kompetisi domestik tim basket putri seperti di Indonesia. "Di invitasi di Korea awal Juni lalu kami mengalahkan mereka," katanya.

Sementara itu, uji coba kemarin mempertemukan Wulan Ayu Ningrum dkk dengan klub Dragon Basketball Association (DBA). Latih tanding ini lebih berat karena yang dihadapi adalah tim putra. Meski sempat bangkit di kuarter ketiga dan keempat, timnas harus menyerah 67-97.

Pertahanan timnas benar-benar diobrak-abrik DBA di kuarter pertama dan kedua. Strategi menyerang cepat dan menembak dari luar tak berjalan sempurna. Mereka juga kerap kalah saat berduel di bawah ring.

"Terlihat sekali di awal-awal pemain seperti agak takut. Justru ini yang kami cari. Kami sengaja mencari lawan putra untuk menguji mental mereka. Mereka baru bisa mengatasi itu setelah half time," ungkap Head Coach Raoul Miguel Hadinoto. (aga/c2/ham)

Story Provided by Jawa Pos