SEMPAT KETETERAN: Shooting guard Pelita Jaya Dimas Aryo Dewanto berusaha melewati Bima Riski Ardiansyah (Bimasakti) tadi malam. (Foto: Farid Fandi / Jawa Pos)
PELITA Jaya Energi-MP Jakarta harus meningkatkan performa demi terhindar dari posisi keempat. Melawan Bimasakti saja, mereka mengalami kesulitan kemarin. Meski akhirnya bisa menang 69-57, pada awalnya Andy Poedjakesuma dkk sempat kesulitan.
Pada kuarter pertama, PJ banyak sekali melakukan turnover. Bimasakti langsung berlari dengan keunggulan 10-2 pada awal pertandingan. Pelatih PJ Nathaniel Canson terlihat memegang kepala, tidak percaya pemainnya melakukan kesalahan demi kesalahan.
Dalam posisi tertinggal, Coach Nath langsung mengambil timeout. Tetapi, itu tidak membantu. PJ masih tertinggal 20-28 pada akhir kuarter pertama. Bintang utama Bimasakti Bima Riski Ardiansyah tampil dominan dengan sumbangan 10 poin di antara 18 angka Bimasakti.
Pada tengah kuarter kedua, Bimasakti masih unggul 10 angka, dan menipis menjadi tujuh poin menjelang turun minum (37-33).
Dalam situasi tersebut, Coach Nath memutuskan memainkan forward Francisco Yogi Da Silva. Tugas Yogi simpel, dia harus bisa menghentikan perolehan angka Bima.
Walau beberapa kali pemain asal Kediri tersebut tidak bisa memanfaatkan sejumlah easy layup di muka ring, Coach Nath tetap memercayai Yogi. Dampaknya ada dua. Pertama, produksi poin Bima menurun. Kedua, secara offense, Yogi tiba-tiba bersinar.
Mantan pemain Halim Kediri tersebut menjadi salah seorang motor kebangkitan PJ dengan mencetak 15 poin. Jumlah tersebut sama dengan sumbangan bintang PJ Dimas Aryo Dewanto.
''Salah satu problem kami dalam game ini adalah defense yang terlalu soft. Saya butuh pemain seperti Yogi untuk membuat defense kami semakin kuat. Dan dia melakukan tugasnya dengan baik,'' puji pelatih kelahiran Makati, Filipina, tersebut. (nur/mid/c17/ang)
Story Provided by Jawa Pos