BUTUH SOLUSI: Ekspresi kesedihan para pemain Stadium ketika kalah oleh Bimasakti, Sabtu (13/12). (Foto: Wahyudin/Jawa Pos)
TREN permainan Stadium Jakarta sedang buruk. Kekalahan melawan Pacific Caesar Surabaya 58-63 (11/12) dan Bimasakti Nikko Steel Malang 60-63 kemarin (13/12) adalah bukti sahihnya. Banyak perbaikan yang harus dilakukan demi target lolos playoff.
Kekalahan oleh Bimasakti pun cukup menyakitkan karena hanya berselang dua hari dari kekalahan sebelumnya oleh Pacific. Apalagi Bimasakti tidak turun dengan kekuatan terbaiknya karena Yanuar Dwi Priasmoro mengalami cedera.
Kalah oleh tim yang di atas kertas bisa diatasi membuat Merio Ferdiasyah dkk gusar. ''Kekalahan ini bukan lagi tamparan. Ini sudah dua kali kalah, jadi namanya digebukin,'' ketus Pelatih Stadium Tri Adnyanaadi Lokatanaya kepada Jawa Pos.
Apalagi musim ini kedalaman roster Stadium lebih baik ketimbang musim lalu. Kekurangan point guard musim lalu ditutupi dengan bergabungnya Bayu Anggara. Mereka juga mendapat tambahan Wijaya Saputra.
Selain itu, ada big man I Gusti Ngurah Teguh Putra Negara dan Max Yanto. Masalahnya, dari skuad seperti itu, baru sekali kemenangan yang bisa mereka raih. Satu-satunya kemenangan adalah atas NSH GMC GSBC Jakarta 82-57 (3/12).
Menurut Merio, timnya memang masih dalam proses transisi penyesuaian dengan sistem dan pola baru coach Tri. Namun, dalam dua kali kekalahan pada tiga hari ini, faktor leadership yang baik dari para pemain masih belum terlihat.
Evaluasi besar pun akan dilakukan. Tujuannya, mengembalikan mental toughness Stadium yang sedang runtuh karena kekalahan tersebut. Hasil itu juga semakin mengingatkan bahwa tim tidak bisa bersantai dan posisinya aman dalam perebutan tiket Championship Series.
''Mental yang paling besar dan harus dibenahi, yakni mental toughness serta mental ekskusi mereka saat bermain. Ini juga menjadi peringatan bagi kami dan saya bahwa kami ternyata bukan tim yang tempatnya aman di Championship Series,'' tandas coach Tri. (mid/irr/c20/ham)
Story Provided by Jawa Pos