MODAL: Big man Aspac Ferdinand Damanik melepaskan tembakan dalam hadangan Ruslan dari Stadium pada game tadi malam di GOR UNY Jogja (13/3) (Foto: Wahyudin / Jawa Pos)
TAJAMNYA para shooter kerap menjadi penentu utama kemenangan M88 Aspac Jakarta. Saat lawan gagal melimitasi mereka, kekalahan sudah di depan mata. Pelita Jaya Energi MP Jakarta yang menjadi lawan Aspac malam ini menyadari hal itu.
Dua tim itu musim ini sudah dua kali bertemu. Hasilnya, head-to-head imbang 1-1. Big matchmalam ini di GOR UNY Jogjakarta akan menjadi penentu siapa yang lebih unggul di antara keduanya pada musim reguler IndiHome National Basketball League (NBL) Indonesia 2014-2015.
Pelatih Pelita Jaya A.F. Rinaldo tentu masih ingat ketika mereka menang atas Aspac pada bentrokan pertama musim ini pada seri III di Malang. Kemenangan tersebut didapat karena berhasil mengekang para shooter Aspac.
Xaverius Prawiro dan Andakara Prastawa dibuat mati kutu dengan hanya mampu mencetak single digit point ketika itu. Kebetulan pula, saat ini tugas sedikit ringan karena Xaverius absen. Begitu juga, Mario Gerungan.
Meski begitu, masih ada Prastawa, Oki Wira Sanjaya, dan Ebrahim Enguio Lopez. ''Aspac tetaplah Aspac. Mereka masih tim yang memiliki mentalitas juara. Buktinya, meski tampil tanpa Ius (Xaverius, Red) dan Gerungan, mereka masih bisa merepotkan Satria Muda (Britama Jakarta),'' ujar Coach Inal -sapaan akrab A.F. Rinaldo.
Memang, sulit bagi Pelita Jaya merebut juara musim reguler. Tetapi, Inal tetap memasang target menang atas Aspac. ''Memang itu buat mentalitas juara anak-anak,'' terangnya.
Aspac sudah bangkit setelah kekalahan menyakitkan dari Satria Muda 80-84 (11/3). Mereka melibas Stadium Jakarta 70-55 (13/3). Itu modal yang bagus buat menghadapi Pelita Jaya. Mereka ingin mengulang kemenangan dalam bentrokan terakhir pada seri V di Batam yang berakhir 62-71 (7/2).
Namun, menurut pelatih Aspac Rastafari Horongbala, kemenangan tipis atas Pelita Jaya pada pertemuan sebelumnya bukan jaminan bahwa timnya bisa mengulangi hasil tersebut. Baginya, Ponsianus Nyoman ''Komink'' Indrawan dkk masih menjadi salah satu tim yang paling komplet di NBL. Bukan hanya memiliki shooter yang berbahaya, melainkan juga barisan big man yang tangguh. ''Salah satu yang diwaspadai adalah kadang mereka memasang dua pemain besar di dalam. Masalahnya, kami juga tidak bisa berkonsentrasi di dalam karena shooting mereka berbahaya. Jadi, bakal susah juga karena harus bisa mematikan dua-duanya,'' ujar Coach Fari - sapaan Rastafari Horongbala.
Selain itu, start awal di kuarter pertama dan kedua akan menjadi salah satu kunci jika timnya ingin membawa pulang kemenangan. Jangan sampai pemain Pelita Jaya terlalu mengambil momentum di awal laga seperti saat timnya ditaklukkan Satria Muda lalu (11/3).
''Jangan bikin mereka nyaman. Kalau sudah nyaman dan shooter-nya percaya diri, itu akan berbahaya bagi kami,'' ujar mantan pelatih timnas basket SEA Games 2011 itu. (mid/c4/ham)
Story Provided by Jawa Pos