SEMANGAT: Ferdinand Damanik mencatat double digit poin dalam empat game beruntun. Satu game di seri II Bandung dan tiga game pada seri III Malang. (Foto: Farid Fandi / Jawa Pos)
Terbuang dari Pelita Jaya Energi MP Jakarta, Ferdinand Damanik kemudian bersinar bersama M88 Aspac Jakarta. Pada Seri III Speedy NBL Indonesia 2014-2015 di Malang, dia mencatat double digit point dalam tiga game beruntun.
ARIF R-BAGUS DIMAS, Malang
---
FERDINAND Damanik begitu sulit melupakan liburan Tahun Baru 2015 lalu. Center bertinggi 195 cm itu merayakan bersama keluarganya di Manila. Istri dan anaknya belum genap satu tahun tinggal di ibu kota Filipina tersebut.
Masih terngiang suara sang anak, Christina Sulina Pajara Damanik, memanggilnya. ''Saya ingat betul bagaimana Sulina memanggil saya: Daddy, Daddy, Daddy. Itu kata pertama yang keluar darinya. Dia baru belajar bicara,'' cerita Kiki, sapaan Damanik, kepada Jawa Pos.
Panggilan Sulina diakui berpengaruh besar baginya. Sebagai seorang ayah, dia ingin menghabiskan waktu bersama Sulina. Tetapi, kesibukannya sebagai pebasket tak memungkinkan hal tersebut. Untuk itu, Damanik mengajak berbicara Sulina meski dirinya sadar Sulina belum tentu memahami apa yang dikatakannya.
''Saat itu, saya ajak dia ngobrol. Saya minta maaf padanya. Sebab, harus jauh darinya. Saya diberi talenta untuk bermain basket. Karena itu, saya tak ingin membuang-buang waktu saya lagi. Saya akan berjuang sekuat tenaga. Saya dedikasikan setiap game yang saya jalani untuknya,'' terang pemain bernomor punggung 24 tersebut.
Keinginan untuk membuat Sulina bangga membuat Damanik tetap bermain meski belum sembuh benar dari cedera engkel yang diderita. Menurut dia, dibutuhkan waktu tiga bulan pascaoperasi untuk kembali bermain. ''Saya nggak ingin absen lama-lama. Apalagi, menurut dokter, tanpa operasi pun kondisi saya tidak apa-apa asal terus menjaga dan merawat kondisi (engkel, Red),'' terangnya.
Keputusan Damanik sejauh ini terbukti tepat. Raihan 17 poin dan 9 rebound-nya berhasil membawa kemenangan bagi Aspac atas CLS Knights Surabaya 102-95 (14/1). Performa impresif Damanik berlanjut ketika mencetak 11 poin saat melawan Satya Wacana ACA LBC Salatiga (15/1).
Begitu pula ketika melawan Garuda Kukar Bandung. Bintang kemenangan Aspac kala itu memang Ebrahim Enguio Lopez yang mengemas 22 poin dan 10 rebound. Namun, performa Damanik dalam menutup gerak big man Garuda tak dapat dihiraukan begitu saja. Dalam laga itu, Damanik mampu mengemas 11 poin dan 7 rebound.
''Penampilan melawan CLS sejauh ini merupakan permainan terbaik saya di musim ini. Melawan Garuda, saya sempat frustrasi di awal. Seharusnya saya bisa lebih baik dari itu,'' terang pemain berusia 26 tahun itu.
Pelatih Aspac Rastafari Horongbala mengakui hal tersebut. Menurut dia, penampilan Damanik melawan Garuda tidak begitu cemerlang. ''Harusnya dia bisa lebih baik dari itu, terutama untuk loop shot-nya,'' terang Coach Fari.
Sayang, penampilan gemilang Damanik tidak berlanjut dalam laga penutup seri III di Malang. Dia hanya mampu meraih 8 poin dan 2 rebound saat Aspac dihantam Pelita 70-87. ''Ya, ini bukan hari saya. Pemain Pelita, tampaknya, hafal kebiasaan saya. Akhirnya, saya terlalu banyak foul,'' terang suami Jiezelle Fatima Pajara Damanik tersebut. (*/c17/ham)
Story Provided by Jawa Pos