|
NEWS BACK-TO-BACK CHAMPION: Selebrasi pemain Aspac Jakarta setelah sukses mempertahankan gelar Speedy NBL Indonesia 2013-2014 (Foto: Hendra Eka / Jawa Pos)
nblindonesia.com - 18/06/2014
Mereka yang Memiliki Mental Baja
RANGKAIAN perjalanan Speedy NBL dan WNBL Indonesia 2013-2014 telah selesai. WNBL menahbiskan Tomang Sakti Mighty Bees Jakarta sebagai juara setelah mendapat perlawanan sengit dari Sahabat Wisma Sehati Semarang. Aspac Jakarta back-to-back champion dengan mengalahkan Satria Muda BritAma Jakarta secara menyakinkan pada grand final. Pertandingan ketat, jual beli tembakan, dan beberapa kali saya mendengar penonton mengatakan bahwa ”Mental-lah yang akan menentukan hasilnya. Siapa yang akan jadi juara adalah yang memiliki mental baja,”. Afif Kurniawan, M.Psi. ––– Bagi saya pribadi, efek dari hebohnya liga ini masih terasa. Menambahkan sentuhan mental atau psikologis pada dunia olahraga itu susah-susah gampang. Sebab, masyarakat kita masih memandang bahwa fungsi dan peran psikologi hanya untuk penanganan jika terjadi atlet, pemain, atau pelatih yang ’bermasalah’. Tidak banyak yang memberi perhatian tentang bagaimana ’masalah’ itu muncul, apa penyebabnya, siapa atau apa saja yang mempengaruhi, serta bagaimana cara yang tepat untuk menanganinya. Kebanyakan orang akan berfokus hanya pada cara mengatasi masalah. Tidak salah memang. Tapi terkadang menjadi sia-sia karena tidak teridentifikasi dengan tepat apa yang menjadi sumber masalah. Dalam perjalanan liga musim ini, fungsi dan peran psikologi memang lebih ditekankan pada bidang perwasitan. Melalui proses assesmen, penentuan mental capacity, pendampingan, hingga intervensi/penanganan masalah. Sebenarnya pendekatan ini juga bisa diterapkan di area pemain atau pelatih. Dari pertandingan terakhir di partai final lalu dapat kita lihat bahwa mental baja-lah yang menentukan hasil dari pertandingan. Mental juara oleh tim. Mental tenang dan mampu menghadapi tekanan oleh pemain dan pelatih. Mental tenang dan siap untuk mengawal pertandingan dengan baik oleh wasit dan pengawas. Mental Toughness - Mental Baja - Ketangguhan Mental Tidak dapat diingkari bahwa prestasi para pelaku olahraga disamping ditentukan oleh kemampuan fisik dan ketrampilan, juga dipengaruhi faktor-faktor kejiwaan, khususnya mental atlet yang bersangkutan. Weinberg (1984) mengatakan bahwa pola berfikir pelaku olahraga (atlet, pelatih, wasit) akan dapat mempengaruhi penampilan secara keseluruhan. Oleh karena itu perlu adanya mental training, yang dikaitkan dengan aspek kognitif seperti pemusatan perhatian (Attentional Focus) dan pembentukan citra (Imagery). Pembinaan mental disamping dilakukan untuk menyiapkan mental menjelang pertandingan, juga ditunjukan untuk membina ketahanan mental. Ketahanan mental adalah koondisi kejiwaan yang mengandung kesanggupan untuk mengembangkan kemampuan menghadapi gangguan, ancaman dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya.Beberapa gejala yang menunjukan terjadinya gangguan pada ketahanan mental antara lain ragu-ragu pada diri sendiri, kurang percaya diri, konsentrasi menjadi kacau, menunjukkan ketegangan, yang berakibatkan penampilan menjadi kacau. Ketangguhan mental merupakan penggabungan antara faktor perilaku dan kepercayaan pikiran seseorang tentang dirinya, pekerjaannya, aktivitasnya, detil tugas dalam aktivitasnya, dan bagaimana seseorang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Seseorang dengan ketangguhan mental akan menyikapi situasi sebagai hal yang menantang dan melihat peluang untuk ‘menang’. Seperti halnya kekuatan otot dan fisik, ketangguhan mental juga dapat dan perlu dilatihkan melalui tahapan instruksi dan program latihan yang jelas. Berikut merupakan tujuh aspek ketangguhan mental yang utama: Konfidensi Kontrol Komitmen Composure Courage/Keberanian Konsistensi Dari ketujuh aspek tersebut, coba kita amati kembali rangkaian pertandingan yang tersaji pada satu musim ini. Coba amati pada mereka yang berada di final, entah itu pemain, pelatih, wasit, atau manajemen. Siapapun yang berada di level tertinggi dan mencapai hasil yang optimal adalah mereka yang mampu mengelola ketujuh aspek tersebut dengan baik. Mereka adalah orang-orang yang memiliki ketangguhan mental. Mereka itulah yang bermental baja.(*)
Share this:
Tweet
|
Copyright © 2010 PT DBL Indonesia, All rights reserved.
Any commercial use or distribution without the express written consent of DBL Indonesia is strictly prohibited. |