BUANG PELUANG: Shooting guard CLS Knights Surabaya Sandy Febiansyah melakukan layup dalam laga melawan Aspac Jakarta, Sabtu (17/5) (Foto: Farid Fandi/Jawa Pos)
ASPAC Jakarta berhasil memastikan tempat sebagai runner-up Speedy NBL Indonesia 2013-2014. Itu terjadi setelah Xaverius Prawiro dkk menang menegangkan atas CLS Knights Surabaya dengan skor ketat 53-51 di DBL Arena tadi malam (17/5)
Pada championship series di Jogjakarta 6-14 Juni mendatang, Aspac berhadapan dengan peringkat ketujuh Hangtuah Sumsel IM.
Sementara itu, kekalahan kemarin bagi CLS akan membawa mereka pada laga hidup atau mati melawan Pelita Jaya Energi Mega Persada Jakarta malam ini. Siapa pun yang menang akan berada di posisi ketiga dan melawan ranking keenam Stadium Jakarta di playoff.
"Posisi dua atau tiga bagi saya sama saja. Hangtuah bagus. Memang kami menang 3-0 melawan mereka di musim reguler. Tetapi, itu bukan jaminan," kata Rastafari Horongbala, head coach Aspac.
Pada laga tadi malam, CLS sejatinya memiliki kesempatan menang ketika unggul lima angka 45-40 di awal kuarter keempat. Tetapi, Xaverius Prawiro dkk mampu bangkit dan balik memimpin 52-48 ketika kuarter keempat menyisakan 48 detik.
Dalam posisi kritis dan tertinggal empat angka, bintang CLS Dimaz Muharri kembali melambungkan asa tim asuhan Kim Dong-won tersebut melalui tembakan tiga angka saat game tinggal 37 detik. Aspac hanya unggul satu angka 52-51.
Most valuable player musim lalu Pringgo Regowo memperoleh kesempatan untuk mengunci kemenangan Aspac. Namun, dia hanya memasukkan satu di antara dua kesempatan free throw dan membuat timnya cuma unggul 53-51.
CLS seharusnya bisa memaksakan overtime. Sayangnya, shooting guard Sandy Febiansyakh yang tinggal memasukkan bola tak bisa memanfaatkan peluang terbuka. Layup-nya gagal menemui sasaran pada detik terakhir sebelum pertandingan usai.
Penonton yang memadati DBL Arena -mayoritas pendukung CLS- yang awalnya berisik lantas terdiam. Kejadian dramatis itu mengulangi momen yang sama pada seri V Jakarta lalu. Ketika itu layup shooting guard CLS Andrie Ekayana gagal masuk ke dalam keranjang pada detik terakhir. CLS kalah sangat tipis, berselisih setengah bola 67-68.
"Saya tidak ada masalah dengan gagalnya layup Sandy. Tidak apa-apa, tim sudah bermain dengan baik," ujar Mr Kim -sapaan Kim Dong-won- seusai laga. "Kalau kami bisa memanfaatkan free throw, hasilnya mungkin berbeda," lanjutnya.
Memang free throw CLS sangat jeblok. Mereka hanya memasukkan satu dari tujuh kesempatan alias 14 persen! Jumlah tersebut tentu saja sangat rendah. Bandingkan dengan Aspac yang bisa memanfaatkan peluang tujuh dari sepuluh atau 70 persen . (nur/mid/c9/ham)
Story Provided by Jawa Pos