TAJAM: Rachmad Febri Utomo (kanan) akan menjadi senjata andalan offense utama CLS dan Guard Pelita Jaya Dimas Aryo Dewanto diharapkan tampil lebih baik dalam laga semifinal. (Foto: Wahyudin / Jawa Pos)
PONSIANUS Nyoman Indrawan tidak akan melupakan malam kelabu 10 Maret 2011. Komink -begitu pemain tersebut dipanggil- menangis sesenggukan di kamar ganti DBL Arena Surabaya. Power forward asal Bali itu ingat benar bahwa tidak hanya dirinya yang mengucurkan air mata, tetapi hampir semua pemain Pelita Jaya (PJ) Energi-MP Jakarta.
Air mata membanjir saat PJ kalah telak 53-68 oleh CLS Knights Surabaya pada semifinal Championship Series NBL Indonesia 2011. PJ yang difavoritkan akhirnya gagal menembus final.
Bagi Most Valuable Player 2013-2014 itu, momen sedih tersebut menghantui bertahun-tahun. Kini pembalasan datang malam ini ketika PJ menghadapi CLS pada semifinal IndiHome NBL Indonesia 2015 di Hall Basket Senayan, Jakarta. ''Itu adalah momen yang paling saya kenang dari kompetisi ini,'' ucap Komink.
Pertandingan sangat mungkin akan seru. Sebab, pada pertemuan pertama di championship series tahun ini (4/5), PJ hanya menang setengah bola 55-54. Aksi heroik Kelly Purwanto yang melakukan steal kepada Mario Wuysang dan mencetak poin lewat layup 14 detik sebelum kuarter keempat bubar menyelamatkan PJ.
Kemenangan penting itu membuat PJ menapaki jalan lebih mudah untuk lolos ke grand final. Dengan sistem double elimination, nyawa PJ masih lengkap. Rumusnya simpel sekali. Jika menang, PJ akan melaju ke babak puncak.
Bagi CLS, kekalahan akan mengakibatkan gagal melaju. Jika menang, mereka bakal kembali menuju pertandingan do or die melawan PJ besok (8/5). Oleh karena itu, bagi Mario Wuysang dkk, laga tersebut bukan sekadar pertandingan biasa. Ini adalah perang!
''Kami hanya sial pada pertandingan pertama. Pemain tidak salah. Itu salah saya sebagai pelatih. Anak-anak sudah bermain baik. Secara permainan, kami menang. Tetapi, poinnya kalah,'' kata head coach CLS Kim Dong-won.
Sementara itu, PJ tampak lebih hati-hati dan enggan sesumbar. Menurut head coach mereka A.F. Rinaldo, penampilan anak asuhnya masih jauh dari kata sempurna. Dia menilai, defense Komnik dkk belum konsisten pada pertemuan pertama.
Dia mengharapkan hal itu tidak terulang pada malam nanti. Jika PJ bermain normal dan disiplin dalam defense, jalan ke grand final akan terbuka lebar. Sebab, jika melihat perbandingan roster-nya, PJ lebih komplet.
''Kami harus memperlakukan defense yang sama keras kepada semua pemain CLS. Sebab, pemain cadangan semacam Bima (Riski Ardiansyah, Red) dan Achmad (Syarif, Red) bisa berbahaya,'' tutur Coach Inal -sapaan Rinaldo. (irr/mid/c4/nur)
Dalam Angka
6-Point guard Pelita Jaya Kelly Purwanto dan playmaker CLS Mario Wuysang bersaing sebagai pemain dengan donasi assist tertinggi di Championship Series. Kelly mencatat lima assist pergame. Mario lebih baik, yakni enam assist pergame.
11-Ponsianus Nyoman Indrawan sangat dominan di Championship Series musim ini. Bintang Pelita Jaya Energi-MP Jakarta itu mencatat rata-rata 11,00 rebound pergame, tertinggi dari semua pemain manapun.
15,33-Bintang CLS Rachmad Febri Utomo menjadi pemain tersubur di Championship Series. Catatannya adalah 15,33 poin pergame.
2011-Semifinal antara CLS melawan Pelita Jaya ini adalah ulangan semifinal Championship Series pada musim perdana NBL Indonesia.
Story Provided by Jawa Pos