KERJA KERAS LAGI: Center CLS Knights Surabaya Dwi Haryoko (kiri) berusaha melewati Muhammad Irman (Aspac Jakarta) pada seri VI di Sritex Arena, Solo (25/2). (Foto: Farid Fandi / Jawa Pos)
LANGKAH Garuda Kukar Bandung untuk bangkit mendapat tantangan besar. Setelah dalam dua pertandingan terakhir di seri VI Solo kalah dari Hangtuah Sumsel IM (28/2) dan M88 Aspac Jakarta (1/2), Garuda harus menghadapi lawan berat CLS Knights Surabaya dalam laga big match hari pertama IndiHome NBL Indonesia 2014-2015 di GOR Sahabat, Semarang, hari ini (4/3).
Garuda memang sudah kalah dua kali saat bersua CLS. Yakni, di seri II Bandung dengan skor 59-61 (13/12) dan seri V Surabaya 66-85 (25/12). Jadi, secara head-to-head, tim asuhan Tjetjep Firmansyah telah tertinggal dari CLS (0-2). Namun, ada misi lain yang mereka bawa di laga tersebut.
Kemenangan akan membuat posisi Garuda semakin aman dalam perebutan posisi menujuchampionship series. Tim asal Bandung itu masih berada di posisi ketujuh dengan hasil 8 kali menang dan 12 kali kalah dengan koleksi 28 poin. Jumlah poin tersebut sama dengan yang dimiliki penghuni posisi keenam, Hangtuah.
Menurut Coach Tjetjep, dua kekalahan terakhir disebabkan akurasi tembakan anak asuhnya yang jeblok. Itu memang tergambar jelas saat bertemu Aspac pada hari terakhir seri VI Solo. Yaitu, hanya 25,4 persen (18-71). Persentase tembakan tiga angka juga rendah, yakni 18,8 persen (3-16).
''Padahal, saat menang lawan Bimasakti dan Pacific sudah bagus. Akurasi tembakan memang sangat lekat dengan mental. Sekarang naikin mental dahulu. Sistem sih sudah jalan, tinggal akurasi saja,'' ujar Coach Tjetjep.
Karena itu, jika ingin merepotkan tim asal Surabaya, Fadlan Minallah dkk harus memiliki senjata akurasi tembakan yang baik. ''Kami juga harus bisa mengembalikan ciri khas Garuda yang hustle didefense. Selain itu, salah satu yang jadi kunci adalah para pemain muda kami. Pemain muda kami belum konsisten. Itu terlihat saat kami kalah lawan Aspac lalu,'' tambah Christ Gideon.
Di sisi lain, CLS berangkat ke game tersebut dengan modal positif. Tim asuhan Kim Dong-won itu mampu menyapu bersih dua seri terakhir, baik seri V Batam dan seri VI Solo, serta tidak terkalahkan dalam tujuh game terakhir.
Rotasi yang dilakukan Mr Kim saat memainkan Kaleb Ramot Gemilang, Bima Riski Ardiansyah, A.A. Ngurah Wisnu, Herman, serta Katon Adjie Baskoro berjalan cukup baik. Di sisi lain, keputusannya untuk memberikan porsi yang lebih besar kepada point guard Mario Wuysang juga berjalan baik. Dalam beberapa game terakhir pun, minute play Roe -sapaan akrab Mario Wuysang- lebih banyak daripada Dimaz Muharri, meski kedunya kerap dimainkan secara bersamaan.
''Mr Kim memang lebih memberikan kebebasan kepada saya. Tentu, dengan begitu, kelebihan saya bisa keluar,'' ujar Roe.
Dalam tiga pertandingan terakhir, Roe berhasil menjadi top scorer saat bertemu Aspac (25/2) dengan raihan 27 poin dan Pelita Jaya Energi MP (28/2) 15 poin ditambah 7 assist. Bukan hanya itu, dia juga nyaris mencetak triple double saat bersua Hangtuah, 10 poin, 10 assist, dan 7 rebound.
Pada pertemuan terakhir di seri V Surabaya lalu, perbedaan point guard itu juga menjadi salah satu kunci CLS saat berhasil merebut kemenangan atas Garuda. Point guard Permadi Ario Damar serta Jonathan Elyaday tidak mampu mengimbangi Roe (15 poin dan 7 assist) dan Dimaz Muharri (21 poin, 9 rebound, dan 5 assist) yang tampil baik pada laga itu. Perpindahan bola yang mengalir dari dua point guard tersebut membuat shooter-shooter CLS mudah menemukan tempat yang kosong untuk menembak.
Meski begitu, Roe mengakui bahwa Garuda tetaplah tim yang tidak mudah ditaklukkan. ''Coach Tjetjep pelatih yang smart, dan saya tahu itu. Ini tidak akan menjadi game yang mudah,'' katanya.(mid/rif/c19/ady)
Story Provided by Jawa Pos