TAK SEKEDAR ELEGAN: Point guard CLS Knight Surabaya Mario Wuysang beraksi di pertahankan Pelita Jaya Energi Mega Persada Jakarta pada seri IV IndiHome NBL Indonesia di DBL Arena Surabaya (24/1) . Kedua tim kembali berhadapan di seri VI Solo. (Foto: Boy Slamet / Jawa Pos)
CLS Knights Surabaya segera melakoni salah satu seri krusial. Peluang finis di peringkat yang lebih baik daripada musim lalu bukan tidak mungkin ditentukan pada seri VI IndiHome National Basketball League (NBL) Indonesia 2014-2015 di Solo.
---
SELAMA empat musim berkompetisi di NBL Indonesia, CLS Knights Surabaya tidak pernah sekali pun finis di posisi tiga besar pada akhir musim regular. Tiga kali mereka bertengger di peringkat keempat (2010-2011, 2012-2013, dan 2013-2014) serta sekali di urutan kelima (2011-2012). Finis di urutan peringkat tiga besar tentu penting untuk menghindari bentrokan dini dengan tim besar di laga pertama championship series nanti.
CLS memang berhasil menyapu bersih tiga kemenangan di seri V Batam lalu. Namun, ujian sebenarnya bagi tim asuhan Kim Dong-won tersebut telah menunggu di seri VI Solo nanti. Bagaimana tidak, tim asal Kota Surabaya tersebut akan melakoni tiga laga krusial demi mendapatkan posisi yang baik di akhir musim reguler.
Dimaz Muharri dkk akan bertemu M88 Aspac Jakarta (25/2), Hangtuah Sumsel IM (26/2), serta Pelita Jaya Energi MP Jakarta (28/2). Bukan perkara yang mudah mengalahkan tiga tim tersebut. Sebagai catatan, sejauh ini CLS telah lima kali kalah. Tiga di antaranya didapat dari tiga tim di atas.
Hasil itu membuat CLS saat ini tertinggal head-to-head (0-1) dengan Aspac, Hangtuah, serta Pelita Jaya. Jadi, bukan hal aneh jika laga-laga CLS di seri VI Solo begitu kental dengan aroma revans. Kemenangan atas tiga tim tersebut tidak hanya akan membuat head-to-head imbang. Namun, lebih dari itu, sapu bersih bakal menjaga asa runner-up preseason tournament Mangupura Cup 2014 itu untuk finis di peringkat yang lebih baik ketimbang musim lalu.
Sebaliknya, jika CLS gagal menang, asa untuk memperbaiki peringkat musim lalu -meski tidak 100 persen tertutup- akan semakin berat. Sebab, andaikata di akhir musim memiliki poin yang sama dengan Pelita Jaya dan Aspac, CLS kalah head-to-head. Apalagi, mereka telah dua kali kalah oleh Satria Muda Britama Jakarta (0-2). Karena itu, seri Solo akan menjadi salah satu seri yang penting bagi CLS.
Tetapi, kekuatan finalis NBL Indonesia musim 2010-2011 tersebut sedikit terganjal. Itu terjadi lantaran kondisi salah seorang pemain andalan mereka, Rachmad Febri Utomo, yang dihantam cedera hamstring masih tanda tanya.
''Dia (Febri, Red) kena hamstring, tapi kondisinya sudah lebih baik. Cuma perlu terapi dan latihan penguatan,'' ujar Wahyu Widayat Jati, asisten pelatih CLS. ''Di Solo mungkin sudah main, namun keputusan untuk bermain penuh atau tidak ada di tangan head coach,'' tambahnya.
Di sisi lain, salah satu lawan CLS, yaitu juara bertahan NBL Indonesia Aspac, juga tidak datang dengan kekuatan terbaiknya. Itu terjadi setelah Xaverius Prawiro dan Oki Wira Sanjaya absen karena cedera. Padahal, lawan yang dihadapi tidak bisa dibilang enteng.
Aspac bakal berhadapan dengan CLS yang ingin revans (25/2), bentrok dengan JNE BSC Bandung Utama (27/2) yang tren permainannya sedang naik, serta melawan Garuda Kukar Bandung (1/3) yang berambisi bangkit.
Menurut asisten pelatih Aspac Antonius Joko Endratmo, rotasi akan menjadi salah satu kunci jika timnya ingin tampil stabil di seri maraton Jateng-DIJ. Terlebih, dengan cederanya Ius dan Oki, Aspac hanya akan datang ke Solo dengan 13 pemain.
''Akan menjadi tantangan bagi kami, apalagi rotasi pemain kami jadi sedikit. Tapi, kami akan maksimalkan pemain yang ada,'' ujar Antonius Joko. (mid/c19/ady)
Story Provided by Jawa Pos