INI BOLAKU: Dari kiri, center CLS Herman berebut bola dengan Daniel Wenas, Permadi Ario Damar, Kaleb Ramot Gemilang, dan Christ Gideon dalam big match CLS vs Garuda di DBL Arena tadi malam. (Foto: Farid Fandi / Jawa Pos)
CLS Knights Surabaya memang tidak melewati seri nerakanya, Seri IV IndiHome National Basketball League (NBL) Indonesia 2014-2015, dengan mulus. Namun, akhirnyahappy ending bisa digapai pada big match terakhir.
Setelah kalah dalam dua big match sebelumnya melawan Satria Muda Britama Jakarta pada hari pertama dan Pelita Jaya Energi MP Jakarta pada hari keempat, kemenangan didapat pada big matchhari terakhir melawan Garuda Kukar Bandung 85-66 di DBL Arena Surabaya kemarin (25/1).
Secara total, CLS meraih dua kemenangan di Surabaya. Mereka juga menang atas Stadium Jakarta pada hari kedua (22/1). Namun, pada dasarnya, di atas kertas mereka bisa mengatasinya dan tidak masuk kategori big match.
"Hari ini Dimaz (Muhari, Red) dan Mario (Wuysang, Red) bermain lebih baik. Kalau ingin masuk final, harus seperti ini. Jangan main sendiri-sendiri. Harus mengikuti sistem," ujar pelatih CLS Kim Dong-won kepada Jawa Pos tadi malam.
Melawan Garuda, duo point guard CLS itu memang bermain baik. Mereka mampu mendistribusikan bola dengan lebih mengalir ketimbang hari sebelumnya saat melawan Pelita Jaya. Dimaz juga mencatat field goal 53 persen. Dia menjadi top scorer dengan 21 poin, 9 rebound, dan 5 assist. Adapun Mario berada di belakangnya dengan 15 poin dan 7 assist.
"Kuncinya ada di akurasi. Selain itu, post play hari ini baik. Dwi (Dwi Haryoko, Red) bisa 13 poin dan 5 rebound," tambah Wahyu Widayat Jati, asisten pelatih CLS.
Di sisi lain, keputusan pelatih Garuda Tjetjep Firmansyah untuk tidak memainkan Wendha Wijaya yang merupakan kapten tim sekaligus pengatur serangan harus dibayar mahal. Dua point guard,Jonathan Elyaday dan Permadi Ario Damar, yang menjadi penggantinya tidak tampil maksimal.
Garuda tertinggal 1-14 pada akhir kuarter pertama. Meski sempat mendekat (47-42) pada akhir kuarter ketiga, akurasi pemain CLS yang tajam kembali menenggelamkan Garuda hingga tertinggal 20 poin pada pertengahan kuarter keempat.
Dalam posisi tertinggal jauh tersebut, coach Tjetjep memutuskan untuk terus-menerus menggunakan strategi full court press saat kuarter keempat menyisakan enam menit hingga akhir laga. Itu dilakukan untuk melimitasi ball possession pemain CLS serta memberikan waktu offense yang lebih banyak kepada Garuda.
Namun, akhirnya strategi itu tidak berjalan lancar karena Mr Kim memasukkan empat pemain yang berkarakter shooter serta satu big man Achmad Syarief untuk mengeksekusi setiap free throw darifoul yang dilakukan pemain Garuda.
"Memang keputusan saya tidak memainkan Wendha. Performanya juga sedang turun. Saya ingin memberikan banyak pelajaran kepada Jojo (Jonathan) dan Ario. Ini juga pengalaman buat mereka menghadapi pemain sekelas Mario dan Dimaz," ujar coach Tjetjep. (mid/c6/ham)
Story Provided by Jawa Pos