Ekspresi para pemain di bench dan head coach Garuda Kukar Bandung Tjetjep Firmansyah (kanan) saat timnya melawan Pelita Jaya Energi Mega Persada dalam seri II Bandung lalu. (Foto: Wahyudin/Jawa Pos)
GARUDA Kukar Bandung masih belum berhasil menjinakkan tim-tim papan atas saat menjadi tuan rumah Seri II Speedy NBL Indonesia 2014-2015. Dari tiga kali bentrok melawan Satria Muda Britama Jakarta, CLS Knights Surabaya, dan Pelita Jaya (PJ) Energi Mega Persada Jakarta, tim asuhan Tjetjep Firmansyah itu selalu kandas.
Dua kekalahan terakhir terasa kian menyakitkan karena kalah dua angka oleh CLS, 61-59 (13/12), serta takluk setengah bola dari PJ, 67-66 (14/12). Menurut asisten pelatih Garuda Ali Budimansyah, masalah mental pada saat-saat krusial anak asuhnya masih kurang baik. Hal itulah yang akan dievaluasi menjelang Seri III Malang pada 14-18 Januari.
''PR (pekerjaan rumah, Red) kami tinggal bagaimana mematangkan mental di detik-detik akhir. Mental untuk mempertahankan kemenangan itu yang masih kurang,'' ujar coach AB, sapaan Ali Budimansyah.
Dia mempermasalahkan konsistensi permainan dan mental para pemain. Hal itulah yang mengakibatkan Wendha Wijaya dkk kehilangan banyak momentum pada saat-saat krusial. Akibatnya, tercipta turn over dan akhirnya kalah, meski awalnya sempat unggul. ''Kalau mentalnya bagus, meski di situasi lelah sekalipun, pasti bisa mengatasi,'' lanjutnya.
Menurut dia, mental tersebut dapat dibangun dengan cara yang sederhana. Yakni, memperlakukan sesi latihan layaknya game yang sesungguhnya. Hal simpel yang sering disepelekan itu akan sangat berpengaruh ketika laga berjalan ketat. ''Kalau latihan tidak diperlakukan dengan game yang sebenarnya, mereka nggak terbiasa keluar dari tekanan,'' ujarnya.
Selain itu, mantan pemain Aspac pada era 2000-an tersebut menyadari, untuk memenangi laga melawan tim-tim papan atas, dirinya tidak hanya bergantung pada pemain starter. Namun, harus ada keseimbangan di kubu bench. Dia juga tidak menampik bahwa ada jarak antara pemain bench dan starter Garuda. Itulah yang mengakibatkan rotasi berjalan kurang maksimal.
''Sebenarnya dibilang ada gap, iya. Tapi, 14 pemain kami sebenarnya sama. Cuma ada beberapa pemain yang mungkin belum siap dengan pergantian sistem coach Inal (A.F. Rinaldo, Red) ke coach Tjetjep. Ada pemain yang siap dengan perubahan itu, ada yang belum menemukan celahnya saja,'' lanjutnya.
Karena itu, dua pertandingan awal pada Seri III Malang melawan Bimasakti Nikko Steel Malang (14/1) dan NSH GMC GSBC Jakarta (16/1) bakal dimanfaatkan untuk lebih banyak memainkan pemain bench. Dengan begitu, ada keseimbangan antara pemain bench dan starter.
''Sehingga first line kami punya tenaga. Kalau tidak, bisa habis kami seperti di Bandung yang hanya memainkan delapan pemain,'' tegasnya. (mid/c19/ady)
Story Provided by Jawa Pos