KURANG AKURAT: Shooting guard Garuda Diftha Pratama hendak menembak ketika bertanding melawan CLS Knights pada Preseason Tournament Mangupura Cup 2014. (Foto: Boy Slamet/Jawa Pos)
GARUDA Kukar Bandung terus membenahi diri setelah menjajal kekuatan pada Preseason Tournament Mangupura Cup 2014. Mereka finis di peringkat ketiga grup A dan gagal melaju ke semifinal yang berlangsung di GOR Purna Krida Kerobokan, Badung.
Selama preseason tournament, mereka tiga kali menang dan dua kali menelan kekalahan oleh CLS Knights Surabaya serta Aspac Jakarta yang menjadi finalis. Menurut sang pelatih, Tjetjep Firmansyah, ada beberapa pekerjaan rumah (PR) sebelum dimulainya seri pembuka Speedy National Basketball League (NBL) Indonesia 2014-2015 di Jakarta, 3-7 Desember mendatang.
Ya, yang paling utama adalah meningkatkan akurasi tembakan Wendha Wijaya dkk. ''Permainan akan tetap cepat dengan sering fast break. Tetapi, akurasi shooter kami perlu ditingkatkan. Masih ada waktu sebulan dan itu cukup untuk berbenah,'' ujar Coach Tjetjep kepada Jawa Pos.
Mantan pelatih timnas basket SEA Games 2013 Myanmar tersebut melanjutkan, dirinya ingin persentase tembakan tiga angka anak asuhnya mencapai 35 persen dan free throw minimal 70 persen dengan field goal lebih dari 34 persen.
Saat ini, untuk urusan field goal, memang tidak ada masalah, yakni 38 persen. Namun, tugas berat menanti tim pelatih untuk meningkatkan persentase tembakan tiga angka yang masih 23 persen. Untuk free throw, persentase Garuda berada di angka 64 persen.
Di antara lima tim papan atas, klub asal Kota Bandung tersebut berada di posisi kelima dalam urusan field goal. Juga, berada di peringkat terjelek kedua untuk persentase tembakan tiga angka. Karena itu, Coach Tjetjep akan memperbanyak drill shooting untuk meningkatkan akurasi pemain.
Bukan hanya itu. Salah satu fokus yang mendapat perhatian dia adalah emosi para pemain Garuda yang masih tinggi. ''Emosi anak-anak masih sangat tinggi ketika bermain. Maksudnya, emosi saat menggunakan sistem yang masih tinggi. Padahal, ada kalanya emosi harus tinggi dan rendah,'' ungkap Coach Tjetjep.
''Emosi tersebut tidak harus dihilangkan, tapi harus dikontrol. Jika emosi tinggi terus, ketika bermain, anak-anak akan jadi terburu-buru. Bisa jadi bumerang dan akhirnya bisa mengakibatkan turnover,'' lanjut mantan pelatih Aspac Jakarta tersebut. (mid/c5/ham)
Story Provided by Jawa Pos