NEWS


nblindonesia.com - 14/03/2011
Belajar Enam Tahun, Penonton Rela Menunggu Lima Jam
Di Balik Show Spektakuler Grand Final NBL Indonesia

NBL Indonesia 2010-2011 berakhir dengan wah. Sebelum grand fi nal Satria Muda Britama melawan Nuvo CLS Knights, penonton disuguhi show yang tidak pernah ada di basket Indonesia. (Ainur Rohman, Surabaya)

Giant screen yang terhampar di lapangan menjelang pertandingan basket sebetulnya bukan ”barang” baru di Indonesia. Saat pertandingan CLS Knights melawan Pelita Jaya (PJ) Esia Jakarta di hari perdana NBL Indonesia pada medio Oktober tahun lalu, show seperti itu dihadirkan. PT DBL Indonesia selaku pengelola NBL mendapatkan ide tersebut dari NBA. Yakni, ketika Orlando Magic berlaga.

Namun, untuk penutupan, DBL Indonesia tidak mau sesuatu yang biasa. Mereka ingin menghadirkan sesuatu yang lebih istimewa. Tadi malam mereka benar-benar menyuguhkan show yang jauh lebih istimewa. Menjelang perkenalan pemain, disuguhkan tayangan-tayangan championship series di drop screen yang dijatuhkan dari langit-langit DBL Arena. Ide itu diambilkan dari kebiasaan Los Angeles Lakers saat menghelat partai kandang di Staples Center.

Menyiapkan show heboh seperti itu bukan perkara mudah. Event and Basketball Operations Manager PT DBL Indonesia Puji Agus Santoso menceritakan, penyelenggara butuh waktu panjang untuk bisa melahirkan show yang sempurna.

Puji ingat, semuanya dimulai sejak final liga basket pelajar DBL di tahun-tahun awal diselenggarakan pada 2005. Waktu itu panitia membuat percobaan dengan membuat show dengan mematikan lampu (blackout). Langkah tersebut cukup berani karena pengetahuan Puji dan timnya sangat minim, terutama tipologi GOR Kertajaya, venue acara saat itu. ”Terus terang, kami sangat khawatir ide tersebut tidak berhasil. Takutnya lampu stadion tidak nyala sehabis dimatikan,” kenang Puji.

Namun, kecemasan tersebut tidak terbukti. Show itu sukses besar. Rangkaian permainan lampu (show lighting) berhasil memikat pentonton. Gambar dan video yang diputar melalui giant screen memberikan sensasi tersendiri kepada para penonton. Saat itu suasana dimeriahkan duo rapper asal Malaysia Too Phat yang menjadi bintang tamu final tersebut.

Show seperti itu terus dilakukan sampai 2008. Perubahan tentu saja terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas show. Namun, pengembangan tidak bisa dilakukan secara maksimal karena keterbatasan fasilitas dan struktur gedung.

Semua berubah saat kompetisi DBL pindah ke gedung baru DBL Arena. Dengan kualitas gedung yang jauh lebih bagus, eksplorasi untuk menampilkan show-show yang lebih heboh bisa terealisasi.

Di antaranya, adanya LED screen, kembang api, smoke, serta pintu geser (sliding) tempat keluar masuk pemain. ”Puncaknya adalah hari ini (kemarin, Red). Ini adalah persembahan yang bisa kami lakukan setelah beberapa tahun melakukan penyempurnaan demi penyempurnaan,” tandasnya.

Tidak hanya show heboh yang membuat suasana pertandingan begitu meriah. Antusiasme penonton dalam memberikan dukungan tidak kalah berperan untuk melahirkan atmosfer pertandingan yang wah seperti grand final NBL kemarin.

Mereka begitu total untuk tidak melewatkan momen bersejarah bagi basket Indonesia. Meski tip-off final antara CLS dan SM baru dilakukan pada 21.00, penonton sudah antre untuk masuk tribun DBL Arena pada pukul 16.00.

Salah satunya adalah Surya Yudi. Pemuda 22 tahun itu rela berdiri sejam lebih untuk menunggu pintu tribun DBL Arena dibuka pada pukul 17.00. Yudi melakukannya karena memperkirakan antrean akan sangat panjang. (*/c10/ang)

Share this:
DBL Indonesia Jawa Pos li-ning Safe Care Prambors FM Info BDG Event Jakarta Sony Mainbasket Wing.Stop Mitra Net Indomaret Perbasi Indika FM IndiHome Honda Prospect Motor Tolak Angin Sido Muncul Markplus Hardrock FM OZ FM
 

National Basketball League Indonesia | Contact Us
Copyright © 2010 PT DBL Indonesia, All rights reserved.
Any commercial use or distribution without the express written consent of DBL Indonesia is strictly prohibited.