TEGAR: Point guard CLS Dimaz Muharri berusaha untuk cepat bangkit karena kesedihan mendalam pasca kehilangan sang buah hati. (Foto: Wahyudin / Jawa Pos)
Saat ini perasaan bintang CLS Knights Surabaya Dimaz Muharri campur aduk. Sebelum berjuang di IndiHome NBL Indonesia Championship Series 2015 di Jakarta, Dimaz baru kehilangan sang buah hati. Qaqa Muharri, nama jabang bayi itu, meninggal dalam kandungan sang istri, Selvia Wetty.
I'ied Rahmat-Bagus Dimas, Jakarta
---
QAQA Muharri meninggal dalam usia lima bulan dua minggu pada Rabu 22 Mei lalu. ''Semua sudah kehendak Yang di Atas. Saya dan istri harus kuat menjalani ini,'' tutur Dimaz setelah CLS bertanding melawan Pelita Jaya Energi-MP Jakarta di Hall Basket Senayan, Jakarta, kemarin.
Beberapa hari ini memang menjadi masa-masa yang sangat berat bagi Dimaz dan Selvia. Dimaz menyatakan bahwa tragedi itu sangat memengaruhi psikisnya yang saat ini harus berjuang bersama CLS Knights Surabaya di Championship Series 2015. Namun, dia enggan menyerah sedikit pun.
Dimaz ingin segera bangkit. Semua dilakukan untuk sang istri tercinta yang kini juga harus banyak beristirahat di rumah. ''Kalau saya murung, istri saya malah makin sedih di rumah. Jadi, saya harus tetap kuat,'' tuturnya.
Dukungan dari rekan setim juga bisa sedikit mengobati kesedihan yang kini dirasakan bersama sang istri. Karena itu, meski diakui berat, Dimaz tetap ingin tampil all-out dan memberikan yang terbaik untuk CLS.
Kim Dong-won, pelatih CLS, juga mengerti bahwa Dimaz masih berkabung. Dia belum bisa banyak memforsir tenaga pemain kelahiran Binjai, Sumatera Utara, itu dalam dua laga CLS di championship series.
Pada pertandingan pertama melawan JNE BSC Bandung Utama Sabtu kemarin, Dimaz hanya bermain selama 14 menit dan 10 detik. Meski begitu, dia tampil lengkap dengan membukukan 4 poin, 4 rebound, 4 assists, dan 2 steal.
Semalam, saat melawan Pelita Jaya, Dimaz hanya bermain selama 10 menit dan 34 detik. Di balik kesedihannya, Dimaz menyatakan bersyukur sang istri tercinta masih diberi kesehatan. Kini fokus utamanya adalah mengembalikan kondisi fisik dan psikologis Selvia yang jauh lebih terpukul ketimbang dirinya.
Dia berusaha sekuat tenaga agar kesedihan yang dirasakan tidak terbawa ke lapangan. ''Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk bisa melupakan semua. Tapi, saya berusaha bangkit demi tim dan istri saya,'' tuturnya.
Kondisi yang masih sulit membuat Selvia berhalangan hadir secara langsung ke lapangan untuk mendukung Dimaz. Namun, point guard yang pada 17 September mendatang berusia 30 tahun itu menyatakan bahwa sang istri tidak berhenti memberikan support. Dimaz menuturkan, Selvia terus memantau permainannya melalui tayangan live streaming dalam dua pertandingan terakhir.
''Dia lebih terpukul daripada saya. Saya tidak boleh membuatnya lebih sedih. Salah satunya dengan tetap bermain baik di lapangan,'' jelasnya. (*/c19/nur)
Story Provided by Jawa Pos